Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen, Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes..
Sumber :
  • tvOnenews.com/Muhammad Bagas

Setali Tiga Uang, StarLink 'Hanya' Tiga Puluh M Alias Tiga Kali di-Prank

Jumat, 14 Juni 2024 - 21:17 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes selaku Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen ikut menyoroti kontroversi StarLink yang belakangan menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia.

Diketahui, kontroversi StarLink ini memang terus berlanjut dan seakan tidak ada habis-habisnya.

StarLink sendiri memang sudah aktif di Indonesia sejak bulan lalu.

Elon Musk bahkan datang langsung menyerahkan perangkat StarLinknya di sebuah Puskesmas Bali saat event WWF/World Water Forum.

Meski sempat tersendat dan tidak lancar koneksinya, Puskesmas telah menjadi pintu masuk Istimewa untuk Layanan Internet menggunakan LEO/Low Earth Orbital Satellite-nya di Indonesia.

Ini dilakukan untuk memberikan akses internet di seluruh puskesmas Indonesia yang disebut-sebut sebelumnya mengalami banyak kendala, utamanya di daerah2 3T (Tertinggal, Terdepan & Terluar).

"Jadi meski rencananya dihadiri Presiden, namun last-minute batal tanpa keterangan yang jelas, pemberian perangkat StarLink itu dilakukan karena adanya kerja sama antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan StarLink," ujar Roy Suryo dalam keterangannya, Jumat (14/6/2024).

Meski demikian, kedatangan Elon Musk di Bali saat itu disambut langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman/ Menko Marves RI Luhut Binsar Pandjaitan di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Minggu (19/05/24).

Selain peresmian Starlink, Elon Musk sempat diberi Karpet Merah untuk memberikan pidato dalam acara WWF meski dirinya sama sekali bukan ahli dalam bidang air.

Dia juga mengungkapkan, terkait kerjasama yang dijalin dengan masuknya StarLink, Jokowi padahal mengharapkan bisa bersinergi dengan penyedia internet dalam negeri.

Dengan begitu bisa menyediakan akses internet yang melindungi konsumen dan memberikan harga murah untuk penggunaan layanan publik.

Namun tampaknya harapan ini jauh panggang dari api, karena penegasan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

"Jangankan bekerjasama, StarLink bahkan dikhawatirkan akan menghancurkan bisnis Internet Service Provider (ISP) di Indonesia kalau mereka 'bakar dollar' alias jual murah layanannya dan berakibat rusaknya ekosistem bisnis ISP yang sudah terjalin lama di Indonesia," terangnya.

Belum lagi kalau melihat syarat yang seharusnya sudah dipenuhi dahulu oleh sebuah Penyelenggara jaringan internet di Indonesia yang wajib menggunakan IP Lokal untuk aksesnya -dan bukan IP Global yang di luar yurisdiksi Indonesia-, maka statemen dari Menkominfo Budi Arie Setiadi beberapa waktu lalu menunjukkan StarLink ini masih belum (atau tidak?) mau mengikuti syarat yang semestinya adil untuk semua operator internet di Indonesia.

"Sehingga kekhawatiran APJII akan tidak terjadinya level playing filed yg sama bisa terbukti," tegas Roy Suryo.

Jadi memang sangat Ironis bila melihat bisnis ISP di Indonesia yang sudah berjuang selama puluhan tahun sebelumnya, mulai dari jaman masih menggunakan dial-up dgn Modem jack RJ-11 di jaringan telepon.

Kala itu baru ada ISP RadNet, IndoNet, IdOla (milik Telkom), WasantaraNet (milik PT Pos) hingga saat ini yang sudah sedemikian lama berlangsung dan membangun sendiri jaringannya bersama anak negeri.

Tiba-tiba seperti ada Tsunami koneksi oleh StarLink dari luar negeri yang masuk dengan difasilitasi oleh Pemerintah. Belum lagi kalau melihat akan adanya bahaya disintegrasi bangsa sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya, karena pengguna StarLink bisa bebas akses tanpa terdeteksi hukum Indonesia," ungkap dia.

Jika dibandingkan, ratusan bahkan ribuan anak bangsa yg sudah berjuang mandiri membangun jaringan internet lokal disini sebelumnya, yang mendadak dikalahkan oleh hanya 3 orang yang mewakili StarLink dengan investasi hanya 30 Milyar akhirnya yang dibawa masuk oleh Elon Musk ke Indonesia.

"Jadi ini sungguh sangat Terwelu (baca: Terlalu, bahasa gaulnya Netizen). Ini sama dengan sejarah Indonesia sebagai pemilik HotBird Satelit Palapa di tahun 80-an yang laris manis disewa mayoritas negara di Asia, kini harus tunduk pada Satelit LEO StarLink," imbuhnya.

Sebelumnya, dalam Rapat bersama Komisi VI DPR-RI, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia terpaksa mengaku Investasi Perusahaan milik Milyuner Elon Musk itu di Indonesia tak seindah nama besarnya, karena (cuma) 30 Milyar alias hanya sekitar 0,01 %-nya nilai korupsi yang diraup dalam kasus Tambang Timah -yang juga penuh kontroversi- itu.

Bahlil juga menyebutkan dalam sistem One Single Submission (OSS) yang diaksesnya terungkap jumlah umlah tenaga kerja StarLink di Indonesia yang terdaftar juga hanya sebanyak tiga orang, luar biasa efisien dan sama sekali tidak menyerap jutaan naker di bangsa ini.

Namun, Bahlil tak merinci soal detil operasional perusahaan, karena takut nanti akhirnya melahirkan multi interpretasi.

Jadi kesimpulannya, judul 'setali tiga uang' ini mengingatkan kita juga pada era tahun 70-an silam, dimana saat itu ada nilai 'setali' yang artinya 3/4 Rupiah.

Dimana uang pecahan yang beredar saat itu ada yang senilai 25 sen, sehingga untuk mencapai nilai 3/4 Rupiah alias 75 sen, dipakai 3x Uang Logam @ 25 sen, maka arti dari 25 sen x 3 = Setali, alias (sama saja) Setali Tiga Uang (25 sen).

Jadi setali tiga uang adalah sama saja 3x di-Prank, sudah Tesla tidak jadi masuk, Lokasi Peluncuran Roket Space-X belum jelas, ternyata StarLink cuma investasi 30 Milyar meski sudah diberi Karpet Merah. Sekali lagi benar-benar terwelu.(lkf)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:56
06:46
02:35
01:58
01:28
01:07
Viral