Pojok KC - Sri Paus dan Kesederhanaan.
Sumber :
  • tim tvonenews

Sri Paus Fransiskus dan Kesederhanaan

Senin, 9 September 2024 - 19:15 WIB

Demikian, teladan kesederhanaan Sri Paus di sini tiba tiba jadi sesuatu yang aneh dan asing. Terutama ketika anak-anak penggede biasa ke mana mana naik jet pribadi, berbelanja tas dan pakaian mewah di butik butik luar negeri, lalu memasukan puluhan gembolan barang belanjaan ke deretan mobil mobil mewah tanpa melalui pemeriksaan petugas pajak atau imigrasi.

Jika Kardinal Bergoglio menjual saham keuskupan agung Buenos Aires di  banyak bank dan mengubah rekeningnya menjadi rekening nasabah biasa,  yang membuat gereja dipaksa menerapkan disiplin fiskal dan pejabat gereja dipaksa hidup sederhana, pemimpin pemimpin agama di Republik terbiasa mengeluhkan asset dan kas yang kian minim, lalu nyadong pada pihak penguasa, meminta ikut mengekstrak hasil kekayaan alam dan meminta izin konsesi tambang.

Kenapa kesederhanaan seolah bukan tradisi kita? Kenapa kesederhanaan kini seolah tak akrab? Kita punya pemimpin partai politik dan Perdana Menteri yang hingga akhir menjabat tak memiliki rumah pribadi. Mohammad Natsir, pemimpin partai Masyumi selalu hidup menumpang dan berpindah pindah. Saat jadi Menteri Penerangan di masa Perdana Menteri Sutan Syahrir, Natsir sekeluarga tinggal di rumah sahabatnya sesama petinggi Partai Masyumi: Prawoto.

Sewaktu pusat pemerintahan pindah ke Yogyakarta, keluarga Natsir tinggal di pavilyun milik Haji Agus Salim di Jalan Gereja Theresia. Ketika menjadi Perdana Menteri, keluarga Natsir menempati rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur.
Pakaian Natsir sebagai perdana menteri membuat rishi orang sekitarnya. Indonesianis dari Universitas Cornel, George Mc Turnan Kahin dalam buku Natsir 70 Kenang Kenangan Kehidupan dan Perjuangan menulis saat menjabat sebagai Perdana Menteri, Natsir hanya memiliki dua kemeja, itupun sudah kusam. Ia pergi ke manapun menggunakan jas yang penuh tambalan. Kahin diberi informasi, staf Kementerian Penerangan sampai harus mengumpulkan uang agar pakaian Natsir layak disebut sebagai Menteri.

Salah satu kader Natsir di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Yusril Ihza Mahendra menyebut, ketika memimpin DDII pada masa Orde Baru, Natsir selalu memakai pakaian yang itu itu saja ketika datang ke Jalan Kramat Raya, kantor DDII. “Kalau tidak baju putih yang di bagian kantornya ada noda bekas tinta, kemeja lain adalah batik berwarna biru,” tulis Yusril dalam buku Natsir, Politik Santun di Antara Dua Rezim.

Saat menjabat sebagai Perdana Menteri Natsir menolak mobil dinas. Ia kemanapun memilih mengendarai mobil pribadinya yang sudah kusam, bermerek DeSoto. Godaan untuk menjadi materialis bukan tak ada. Suatu kali seorang tamu dari Medan datang ke rumah Natsir dan memarkirkan mobil Chevrolet Impala di halaman. Sang tamu rupanya kesal dan risih dengan mobil tua yang selalu dipakai Natsir yang disebutnya,  tak mencerminkan simbol pemimpin partai Islam terbesar di Indonesia. Tentu saja Natsir dengan tegas menolak.

Berita Terkait :
1
2
3 4 Selanjutnya
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:54
03:55
05:35
03:29
06:33
02:13
Viral