Article Article
Ilustrasi - Gaya Frugal Living Menyelamatkan Ekonomi Bangsa Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA

Gaya Frugal Living Menyelamatkan Ekonomi Bangsa Indonesia

Rabu, 19 Maret 2025 - 12:58 WIB

ISU tentang gaya hidup frugal living mulai menjadi perbincangan di berbagai kalangan masyarakat. Frugal living sendiri merupakan gaya hidup yang menekankan pada pengelolaan keuangan secara bijak dan hemat. Inti dari konsep ini adalah mengurangi pengeluaran dan hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan.

Prinsip ini bertentangan dengan istilah populer dalam gaya hidup modern, yakni YOLO (You Only Live Once), yang mendorong seseorang untuk menikmati hidup tanpa terlalu memikirkan dampak finansial jangka panjang. Sebagai gantinya, frugal living mengusung konsep YONO (You Only Need One), yang berarti seseorang hanya perlu memiliki sesuatu sesuai kebutuhan, bukan keinginan.

Gaya hidup ini semakin relevan dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, di mana inflasi tinggi dan kenaikan harga-harga kebutuhan semakin membebani masyarakat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain yang tengah mengalami ketidakstabilan ekonomi. Oleh karena itu, frugal living dianggap sebagai solusi untuk tetap bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit. 

Namun, apakah fenomena ini akan menjadi tren jangka panjang atau hanya respons sementara terhadap kondisi ekonomi saat ini? Dan bagaimana dampaknya terhadap sektor ekonomi, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)?

Frugal Living sebagai Respons terhadap Kondisi Ekonomi

Fenomena frugal living muncul bukan tanpa alasan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan meningkatnya popularitas gaya hidup ini adalah meningkatnya biaya hidup akibat inflasi yang tinggi. Di Indonesia, inflasi yang terus meningkat membuat daya beli masyarakat semakin menurun. Produk-produk impor mendominasi pasar, menyebabkan harga barang kebutuhan pokok menjadi lebih mahal. Hal ini memaksa banyak orang untuk mengurangi pengeluaran mereka dan fokus hanya pada kebutuhan yang benar-benar penting.

Selain itu, kebijakan pemerintah terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga turut berkontribusi terhadap perubahan perilaku konsumsi masyarakat. Rencana kenaikan PPN menjadi 12% semakin memperberat beban masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah. Meskipun kenaikan ini hanya 1% dari tarif sebelumnya, dampaknya bisa sangat signifikan karena mempengaruhi seluruh rantai proses yang ada, mulai dari bahan baku hingga produk jadi yang dijual di pasaran.

Kenaikan pajak ini tentu saja akan berdampak besar terhadap harga barang dan jasa. Biaya produksi yang lebih tinggi akan diteruskan kepada konsumen, menyebabkan harga barang semakin mahal. Akibatnya, banyak masyarakat yang terpaksa mengurangi konsumsi mereka dan mulai menerapkan prinsip-prinsip frugal living dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak Frugal Living terhadap Sektor Ekonomi

Dari perspektif ekonomi, frugal living memiliki dampak yang kompleks. Di satu sisi, gaya hidup ini membantu individu untuk lebih bijak dalam mengatur keuangan mereka. Dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, masyarakat dapat lebih fokus pada kebutuhan utama seperti pendidikan, kesehatan, dan tabungan untuk masa depan. Namun, di sisi lain, jika gaya hidup ini diadopsi secara massal dalam jangka panjang, dapat berdampak negatif terhadap perekonomian, terutama dalam sektor perdagangan dan UMKM.

UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia, menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Jika masyarakat mengurangi konsumsi mereka secara drastis, UMKM akan mengalami penurunan permintaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan dan meningkatnya angka pengangguran.

Selain itu, frugal living yang diterapkan secara ekstrem dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dalam sistem ekonomi modern, konsumsi merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan. Jika masyarakat lebih memilih untuk menahan pengeluaran dan tidak berbelanja, maka perputaran uang dalam perekonomian akan melambat, yang dapat mengakibatkan macetnya ekonomi.

Solusi untuk Menjaga Keseimbangan Ekonomi

Meskipun frugal living dapat menjadi solusi bagi individu untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang sulit, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menjaga keseimbangan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.

1. Mendukung Produk Lokal 

Salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif dari frugal living terhadap ekonomi adalah dengan mendukung produk-produk lokal. Masyarakat dapat mulai beralih dari produk impor ke produk dalam negeri yang memiliki kualitas baik namun dengan harga yang lebih terjangkau. Dengan begitu, daya beli tetap terjaga dan UMKM lokal tetap berkembang.

2. Meningkatkan Edukasi Keuangan 

Pemerintah dan lembaga terkait perlu memberikan edukasi tentang pengelolaan keuangan yang baik. Frugal living bukan berarti menahan diri secara ekstrem dari berbelanja, tetapi lebih kepada pengelolaan keuangan yang bijak. Masyarakat perlu diajarkan tentang bagaimana menyusun anggaran yang seimbang, menabung, dan berinvestasi agar tetap bisa memenuhi kebutuhan tanpa mengorbankan perekonomian secara keseluruhan.

3. Mendukung UMKM untuk Go Digital dan Ekspor 

UMKM perlu diberikan dukungan agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas, baik melalui digitalisasi maupun ekspor. Dengan adanya platform digital, UMKM bisa menjual produk mereka tidak hanya kepada konsumen lokal tetapi juga ke luar negeri. Ini dapat membantu meningkatkan daya saing dan mengurangi ketergantungan pada konsumen domestik yang mulai menerapkan gaya hidup hemat.

4. Menyeimbangkan Kebijakan Pajak 

Pemerintah harus mempertimbangkan kembali kebijakan perpajakan yang diterapkan. Alih-alih menaikkan pajak secara drastis, pemerintah dapat mencari cara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, seperti memperluas basis pajak atau mengoptimalkan pajak dari sektor-sektor yang selama ini kurang tersentuh.

5. Mendorong Investasi dalam Sektor Produktif 

Masyarakat perlu didorong untuk mengalokasikan dana mereka ke sektor-sektor produktif, seperti investasi dalam usaha kecil atau program-program yang memberikan dampak positif terhadap ekonomi. Dengan begitu, uang yang mereka hemat dari gaya hidup frugal dapat tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sebagai masyarakat yang peduli terhadap kondisi ekonomi bangsa, kita harus lebih bijak dalam mengelola keuangan tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Dengan mendukung produk lokal dan tetap berpartisipasi dalam perputaran ekonomi, kita dapat membantu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih stabil dan sejahtera bagi semua pihak. Jangan hanya berhemat tanpa arah, tetapi jadilah konsumen yang cerdas dan kontributor aktif dalam perekonomian negara.

Penulis: Raja Agung Sulaiman, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University.

Disclaimer: Artikel ini telah melalui proses editing yang dipandang perlu sesuai kebijakan redaksi tvOnenews.com. Namun demikian, seluruh isi dan materi artikel opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:33
01:16
05:59
01:25
01:11
01:11
Viral