- IST
Kemerdekaan Nasional Pintu Gerbang Kemerdekaan Manusia Indonesia
Oleh: Dr. Taufan Hunneman, Sekjend Fornas Bhinneka Tunggal Ika, Dosen Universitas Catur Insan Cendekia Cirebon
Jakarta - Bulan Agustus selalu dirayakan dengan simbol-simbol perayaan kemerdekaan dan itu memang satu kelaziman untuk kita merayakan pengorbanan juga perjuangan para pahlawan dalam semua aspek.
Saya ingin mengajak untuk memaknai kemerdekaan dengan satu komtemplatif esensi dri kemerdekaan itu sendiri ,bahwa kemerdekaan itu bisa dimaknai terlepas dari penjajahan, akan tetapi bisa kita memahami kemerdekaan itu sebagai satu kondisi real manusia yang telah memerdekakan.
Bahwa kemerdekaam nasional telah membawa satu kemerdekaan dari belenggu bangsa kolonialisme sejatinya itu juga sebagai pintu kemerdekaan bagi manusia indonesia.
Karena itu jika dipahami, ada dua subtansi makna kemerdekaan sebagai kemerdekaan sebagai bangsa dan manusia maka manusia Indonesia adalah manusia merdeka.
Sebagai manusia merdeka, maka seharusnya memaknai hubungan satu dengan yang lain, baik dalam ruang dan waktu akan menghargai kesetaraan, menghormati maupun membangun satu ekosistem yang saling mendukung satu dengan lain atau gotong royong.
Hadirnya satu pemikiran tentang filosofi bangsa yang bernama Pancasila mempertegas bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang berakhlak, bermoral serta berperilaku sebagaimana sesuai dengan nilai nilai Pancasila.
Dalam konteks yang lebih luas dalam hubungan politik kekuasaan, maka cara-cara meraih kekuasaan tidak bisa dilepaskan dari satu budaya Pancasila sebagai satu watak demokrasi kita. Sekalipun seharusnya Sila keempat menjadi fundamental kita dalam mengambil keputusan yang mengedepankan prinsip musyawarah mufakat atas dasar perwakilan.
Kemerdekaan harus diperkuat dengan narasi narasi persatuan kesatuan membangun nilai kompetisi dengan koridor paradigma bahwa kedaulatan rakyat untuk memastikan hadirnya kesejahteraan karena memahami ini maka tidak lagi ada ruang politik identitas dalam kontestasi politik.
Betapa setiap kali memasuki bulan Agustus kita merayakan bukan sekadar kosong makna. Namun, satu monumental untuk melihat lebih dalam lagi satu rangkai panjang semangat para pahlawan dari merintis, berjuang sampai kemerdekaan di tanggal 17 Agustus 1945 dan kita sebagai generasi penikmat kemerdekaan bukan saja menjaga, berbuat, serta mempertahankan. Tapi juga mengingatkan bersama sama bahwa kita hidup di negeri ini apapun suku, agama maupun pilihan politik itu bagian dari keragaman negeri yang harus dipertahankan sebagai sebagai konsensus bangsa ini menerima demokrasi.
Nasionalisme indonesia bukan nasionalisme kesukuaan atau ras, tapi nasionalisme indonesia satu spirit untuk melawan segala bentuk kebodohan, ekploitasi manusia serta pemiskinan struktural.
Nasionalisme indonesia di bangun bukan sekadar catatan narasi para pahlawan tapi satu darah yang tertumpah untuk mengusir segala macam hegemoni kekuasaan secara terkontrol.
Karena itulah maka sudah waktunya bangsa ini menjadi semakin dewasa untuk memahami politik bukan sekedar kekuasaan tapi menjalankan politik kebangsaan yang membangun serta menempatkan kehidupan bangsa di atas segala urusan kelompok.
Dengan menyadari dan memaknai satu perenungan yang mendalam tentang makna kemerdekaan, maka kita tidak punya ruang untuk saling menyakiti, melukai, bahkan meniadakan satu dengan lainnya. Tapi saling mendukung bekerja sama untuk sama sama bertumbuh menjadi Indonesia Raya yang makmur serta sejahtera. (ebs)