- fifa
Catatan Piala Dunia: Menanti Sihir Luka Modric dan Lionel Messi
"Ini Piala Dunia terakhir buat saya. Argentina salah satu favorit juara. Tapi di Piala Dunia semua bisa terjadi. Saya akan memberikan semua yang saya punya," kata Lionel Andres Messi, hati-hati, sepekan jelang Piala Dunia 2022 Qatar.
Sejauh ini Messi memenuhi omongannya. King Leo sudah mencetak empat gol, dan dua assist, dari lima laga. Dia membawa Argentina ke semifinal. Berarti Messi semakin dekat ke puncak juara, doa utama di setiap ibadahnya.
"Tak adil bila Messi tidak memegang Piala Dunia," kata Luis Enrique, pelatih Spanyol.
"Kali ini Leo akan mendapatkan mimpi besarnya. Dia berhak untuk itu," kata Jorge Valdano, mantan striker legendaris Argentina.
Messi - peraih Ballon d'Or, pemain terbaik dunia, tujuh kali - sudah lima kali mentas di Piala Dunia. Qatar kali ini adalah pernampilan terbaiknya secara pribadi.
Selain mencetak empat gol, Messi pun sudah tiga kali meraih gelar Man of the Match, dari lawan Meksiko, Australia dan Belanda. "Saya berada dalam kondisi terbaik," ujar Messi. Para pemujanya juga yakin kali ini Messi akan mendapat hoki.
Argentina vs Kroasia
Yang pasti, Argentina versus Kroasia, laga antardua pesihir sepak bola, Lionel Messi dan Luka Modric. Sama dengan Messi, Piala Dunia Qatar yang terakhir bagi Modric. Mereka berdua kawan tapi lawan, sudah puluhan kali duel, di panggung El Clasico, Barcelona versus Real Madrid, dan saling mengalahkan.
Di panggung Piala Dunia, duel Messi vs Modric baru sekali terjadi. Modric unggul, saat Kroasia menang 3-0 di tahun 2018. Itu membalas kekalahan Kroasia 0-1, di tahun 1998, saat Modric dan Messi masih jadi anak gawang.
Secara keseluruhan Argentina dan Kroasia lima kali bertemu. Hasilnya imbang, masing-masing dua kali menang, dan sekali seri.
Di Piala Dunia Qatar ini, rekor kedua negara itu juga mirip. Awalnya tampil lamban, kemudian melaju kencang.
Argentina sempat kalah 0-1 dari Arab Saudi. Sementara Kroasi ditahan Maroko 0-0. Kemudian menang di laga berikutnya. Keduanya pun lolos keempat besar dari menang adu penalti. Kroasia mengalahkan Brasil 4-2, Argentina menang atas Belanda, 4-3.
Sekarang Kroasia dan Argentina bertemu di semifinal. Ini medan angker. Untuk melakoninya, butuh jimat, keberanian, kerja keras, mental baja dan keberuntungan. Lantas, siapakah yang akan menang?
Sulit ditebak. Secara teknis, kedua tim imbang, sama berpeluang untuk menang. Argentina variatif dan tajam dalam menyerang, tapi agak terbuka di pertahanan. Sebaliknya, Kroasia efektif dan jago bertahan, cuma agak kendur dalam menggempur.
Dari rekor penampilan, dan kualitas pemain, Argentina pantas menang. Itu analisis teknis normal. Masalahnya, di Qatar pertandingan sering berakhir abnormal. Analisa teknik jungkir balik. Jadi yang pas analisis standar, siapa yang siap dialah pemenang.
Laga penting semifinal memang lebih bergantung pada non-teknis: kesiapan mental, semangat juang, dan keberuntungan. Kita berharap Argentina maupun Kroasia tidak terkena sindrom day off, alias mendadak bego dan sial. Seperti nasib Brasil digulung Jerman 1-7, di semifinal Piala Dunia 2014.
Di sinilah, peranan Messi dan Modric menentukan. Mereka berdua tak akan man to man, sebab beda wilayah permainan. Messi meneror di lini depan, sementara Modric gentayangan di lini tengah.
Tapi keduanya, di pos masing-masing, akan menjadi jenderal pengatur strategi perang dengan kekuatan "alutsista" nyaris sama. Sejatinya, siapa buruk dalam memimpin, dan salah mengambil keputusan, maka nasib pasukannya akan celaka.
Bisa jadi, duel Modric dan Messi diselesaikan lewat adu penalti. Tapi janganlah. Tak tega kita melihat pemain maupun pendukung tim yang kalah menangis pilu, seperti orang dikhianati lalu ditinggal sang kekasih pujaan... Hahahaha...
* Reva Deddy Utama - Wartawan, Pemerhati Sepak Bola