- Antara
Tanpa Klub Tapi Boaz Solossa Bisa Tembus Tim Utama Timnas Indonesia, Kok Bisa? Ternyata Peter White Kala Itu Berhasil Dibuat Klepek-klepek Pakai...
tvOnenews.com - Boaz Solossa, legenda lini depan Timnas Indonesia dengan prestasi gemilang bahkan dengan statusnya yang tanpa klub.
Boaz Solossa, salah satu striker legendaris Indonesia, telah lama menjadi simbol ketajaman dan keberanian di lapangan hijau.
Lahir dan besar di Papua, Boaz dikenal sebagai penyerang dengan kemampuan luar biasa yang mampu menggetarkan pertahanan lawan, baik di kancah domestik maupun internasional.
Dengan teknik tinggi, kekuatan fisik yang prima, serta naluri mencetak gol yang tajam, Boaz tak hanya menjadi andalan Persipura Jayapura, tapi juga Timnas Indonesia.
Sebagai sosok yang disegani, Boaz telah menorehkan berbagai prestasi sepanjang kariernya.
Di level klub, khususnya bersama Persipura Jayapura, Boaz sukses mengantarkan timnya meraih gelar juara Liga Indonesia sebanyak empat kali, yakni pada musim 2005, 2008/2009, 2010/2011, dan 2013.
Tak hanya itu, ketajaman Boaz sebagai striker membuatnya tiga kali menyabet gelar top skor Liga Indonesia, yaitu pada musim 2009, 2011, dan 2013.
Prestasi ini semakin mengukuhkan namanya sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Namun, perjalanan karier Boaz di Timnas Indonesia juga penuh warna dan kisah menarik.
Salah satu momen paling mengesankan adalah ketika Boaz pertama kali dipanggil untuk membela Timnas Indonesia meski saat itu ia belum memiliki klub profesional.
Penampilannya yang gemilang di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004 di Palembang.
Kala itu Boaz sukses membawa tim sepak bola Papua meraih medali emas sekaligus menjadi top skor dengan 10 gol, membuat pelatih Timnas Indonesia saat itu, Peter White, terpikat.
White kemudian merekomendasikan Boaz untuk bergabung dengan Timnas Indonesia, sebuah keputusan yang kelak terbukti sangat tepat.
Debut Boaz di Timnas Indonesia terjadi di Piala AFF 2004, di mana ia yang masih berusia 18 tahun langsung tampil impresif.
Berduet dengan Ilham Jaya Kesuma di lini depan, Boaz berhasil menjadi ancaman serius bagi pertahanan lawan.
Namun sayang, perjalanan Boaz di turnamen tersebut harus terhenti akibat cedera serius setelah mendapat tekel keras dari pemain Singapura di partai final.
Cedera tersebut bukanlah satu-satunya cobaan dalam karier Boaz.
Pada tahun 2007, ia kembali harus menghadapi kenyataan pahit saat kakinya patah akibat tekel brutal dari pemain Hong Kong dalam laga persahabatan.
Cedera ini memaksa Boaz absen dari Piala Asia 2007 dan menjalani masa pemulihan yang cukup panjang. Meski begitu, semangat juang Boaz tak pernah surut.
Ia berhasil bangkit dan kembali menunjukkan performa terbaiknya baik di level klub maupun tim nasional.
Di Timnas Indonesia, Boaz menjadi salah satu pemain andalan di berbagai ajang, termasuk Piala AFF 2016 di mana ia dipercaya menjadi kapten tim.
Sebagai kapten, Boaz memimpin skuad Garuda dengan penuh dedikasi, meski pada akhirnya Indonesia harus puas menjadi runner-up setelah kalah dari Thailand di final.
Setelah sekian lama berkecimpung di dunia sepak bola, Boaz Solossa tetap dikenang sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Prestasinya, baik di level klub maupun tim nasional, menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda Indonesia yang bercita-cita mengikuti jejaknya.
Meskipun sempat beberapa kali dihantam cedera parah, ketajaman dan dedikasi Boaz di lapangan hijau membuktikan bahwa ia adalah sosok yang tak mudah menyerah dan selalu siap memberikan yang terbaik bagi tim yang dibelanya.
Kini, meskipun Boaz belum memiliki klub, ia tetap menjadi sosok yang diperhitungkan dalam dunia sepak bola Indonesia.
Pengalaman dan kemampuannya yang mumpuni membuat banyak pihak percaya bahwa Boaz masih memiliki banyak hal untuk ditawarkan.
Baik sebagai pemain maupun sebagai mentor bagi generasi penerus sepak bola Indonesia.
Dengan segala prestasi yang telah diraih, Boaz Solossa telah menempatkan dirinya di jajaran legenda sepak bola Indonesia.
Namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu penyerang paling mematikan yang pernah dimiliki negeri ini, yang mampu memberikan kebanggaan bagi Papua dan Indonesia.
Semangat juang, dedikasi, dan ketajamannya di lapangan hijau akan terus menjadi inspirasi bagi para pemain sepak bola Indonesia di masa yang akan datang. (udn)