- Antara
PSTI Kecewa Regulasi Suporter Dibatasi, Tak Bisa Tandang di Liga 1 Musim Depan
tvOnenews.com - Komunitas suporter yang menamakan diri Paguyuban Suporter Tim Nasional Indonesia (PSTI) menyayangkan regulasi baru Liga 1 2023/2024 soal suporter.
Suporter tim tamu dilarang melakukan perjalanan untuk laga tandang. Selain itu, kapasitas penonton di stadion pun hanya 50 persen dari total kapasitas stadion.
Ketua Umum PSTI Ignatius Indro mengakui regulasi ini terkesan mendadak. Bahkan tidak ada edukasi awal yang diberikan PSSI untuk suporter.
"PSSI seperti melihat suporter adalah pihak yang bertindak brutal dan melakukan tindakan yang tidak tepat sehingga ada larangan tersebut," kata Ignatius Indro.
Ignatius Indro juga menyesalkan tindakan yang diambil PSSI selaku induk organisasi sepak bola Indonesia karena seolah melemparkan tanggung jawab kepada suporter yang kemudian merasa seperti dikorbankan.
"PSSI lempar tanggung jawab dan menyerahkan kesalahan kepada suporter dan menganggap suporter sebagai biang kerusuhan. Padahal sampai saat ini tidak ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas suporter," kata Ignatius Indro.
PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) sebagai operator Liga 1 menetapkan peraturan larangan suporter untuk datang ke pertandingan tandang klubnya. Regulasi ini didasari mobilisasi massa yang dinilai terlalu riskan di tahun-tahun politik.
"Kebijakan tersebut (pelarangan suporter berangkat away) kami sepakati untuk memuluskan perizinan dari pihak yang berwenang. Kami mempertimbangkan pelaksanaan BRI Liga 1 2023/2024 bersamaan dengan tahun politik," kata Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus.
Ferry Paulus mengungkapkan bahwa kebijakan pelarangan kehadiran suporter ke pertandingan tandang tim dukungannya telah disepakati oleh klub-klub Liga 1.
Ferry berpendapat bahwa kebijakan yang ditetapkan oleh PT LIB merupakan langkah preventif agar tidak terjadi kerumunan massa mengingat telah masuk dalam tahun politik.
"Berdasarkan kebiasaan tersebut maka klub-klub Liga 1 bersepakat untuk melarang suporter tamu hadir," kata Ferry.
"Semua kami lakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, mengingat kemungkinan itu bisa muncul karena waktunya yang berdekatan atau berpapasan dengan kegiatan kampanye," ungkap Ferry Paulus.
PTSI Minta Adanya Edukasi Suporter Hingga Akar Rumput
Ignatius Indro mengakui PSSI perlu melakukan edukasi tidak hanya bagi petinggi klub tapi juga sampai ke akar rumput.
"Saya pikir pemerintah dan PSSI harus mengatur edukasi yang tepat untuk suporter hingga ke akar rumput. Jangan hanya mengumpulkan pentolan-pentolan komunitas, kenyataannya hal tersebut tidak berlangsung dengan baik," kata Ignatius Indro.
Menurutnya, edukasi itu pun tidak hanya dilakukan oleh PSSI saja tapi juga seluruh elemen yang ada di dunia sepak bola nasional.
Dia mengambil contoh bagaimana suporter Borussia Dortmund yang dikenal fanatik tidak pernah berselisih karena paham rivalitas hanya 90 menit di lapangan.
"Karena kalau hanya berharap komunitas-komunitas yang bergerak, maka mereka mempunyai keterbatasan. Tapi kalau seluruh stakeholder yang bergerak, maka saya yakin seluruh suporter bisa diberikan edukasi," kata Ignatius Indro.
(hfp)