- iStock Photo/Utopia 88
Apa yang Dimaksud dengan Praktek Sepakbola Gajah?
tvOnenews - Masih hangat berita kegagalan Timnas Indonesia untuk melanjutkan kiprahnya dalam kompetisi Piala AFF U19 2022.
Kegagalan tersebut berujung pada kekecewaan official timnas Indonesia dan masyarakat Indonesia yang menuding ada kecurangan dan praktik sepakbola gajah dalam pertandingan Vietnam U-19 vs Timnas Thailand U-19
Sebagaimana diketahui, dua pamungkas grup A berlangsung pada Minggu (10/7/2022) malam. Selain Indonesia U-19 vs Myanmar U-19, ada pertandingan antara Vietnam U-19 melawan Thailand U-19.
Dalam pertandingan itu, Indonesia U-19 sendiri menumbangkan Myanmar dengan skor telak 5-1. Sementara, Vietnam dan Thailand berakhir imbang 1-1. Hasil ini membuat Timnas Indonesia U-19 gagal lolos.
Vietnam dan Thailand hanya butuh hasil seri untuk bisa sama-sama lolos, dan wajib mencetak gol. Minimal laga berakhir imbang 1-1, 2-2, dan seterusnya.
Hasil imbang 1-1 Vietnam dan Thailand lah yang dituding terdapat kecurangan dan praktik sepak bola gajah. Karena kedua tim tak mau menyerang usai skor imbang 1-1. Vietnam terus memainkan bola di belakang, sedangkan Thailand tak memberi tekanan.
Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan sepakbola gajah?
Dilansir dari laman Goal Indonesia, sepakbola gajah merupakan istilah dalam ranah sepakbola tanah air yang merujuk pada pertandingan dengan praktik curang.
Semua berawal dari pertandingan yang mempertemukan Indonesia dan Thailand, yang dikenal sebagai War Elephant (Gajah Perang) di fase grup Piala AFF 1998. Kedua tim tampil tidak serius karena diduga takut bertemu Vietnam di fase berikutnya.
Praktik curang sepakbola gajah tersebut dilakukan untuk menyamakan skor antara satu tim dengan lainnya, atau sengaja menyerah. Tujuannya agar masing-masing tim mendapatkan keuntungan untuk bisa menentukan posisi di klasemen.
Atau ketika dalam turnamen perebutan trofi, hal tersebut Itu bisa dijadikan ajakan untuk menentukan lawan selanjutnya.
Di turnamen domestik sendiri, praktik sepakbola gajah pernah terjadi pada tahun 2014 silam. Saat itu PSS menang 3-2 atas PSIS Semarang di Stadion Sasana Krida DIY.
Dalam partai tersebut kelima gol yang tercipta berasal dari gol bunuh diri masing-masing tim. Kedua pelatih, baik tim tuan rumah maupun tim tamu, enggan memberikan keterangan mengenai kejadian tersebut.
Sementara pengawas pertandingan akhirnya melaporkan kondisi yang terjadi kepada manajemen liga, sehingga keputusan sepenuhnya berada di tangan PT LI (Liga Indonesia). (Mzn)