- ANTARA/AFP/PATRICIA DE MELO MOREIRA
Meski Sudah Diendorse Cristiano Ronaldo, Ini 3 Alasan Liga Pro Saudi Disebut Kompetisi Gagal
tvOnenews.com - Liga Pro Arab Saudi menjadi fenomena tersendiri setelah berhasil mendatangkan sejumlah pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo.
Ketika pertama kali tiba musim lalu, Ronaldo menegaskan bahwa Liga Pro Saudi akan menarik beberapa nama besar lagi.
Hal itu terbukti benar karena beberapa pemain bintang lainnya seperti Karim Benzema, Neymar, hingga Sadio Mane ikut bergabung ke Liga Pro Saudi.
Ronaldo bahkan sempat mengungkapkan bahwa Liga Pro Saudi akan menjadi kompetisi yang sangat besar.
“Saya senang karena ketika saya membuat keputusan untuk datang ke sini tidak ada yang percaya dengan apa yang saya katakan. Tapi itu adalah masa lalu. Itu tidak menjadi masalah lagi, yang paling penting adalah liga telah berkembang dan para pemain ingin datang karena mereka tahu liga ini kompetitif dan seluruh dunia sedang menyaksikannya," ujar Ronaldo dikutip dari Sport Bible.
Namun, tampaknya saat ini kondisi justru berubah karena beberapa pemain dikabarkan ingin meninggalkan Liga Pro Saudi.
Benzema telah dikaitkan dengan kembalinya ke Eropa, mantan bek Manchester City Aymeric Laporte disebut merasa tidak puas.
Bahkan, Jordan Henderson telah meninggalkan Al-Ettifaq beberapa bulan setelah dikontrak.
Berikut tiga alasan Liga Pro Saudi merupakan kompetisi yang gagal meski sudah diendorse Ronaldo, dikutip dari Sport Bible.
1. Sepi Penonton
Meski sudah mendatangkan banyak pesepak bola kelas dunia, Liga Pro Saudi memiliki masalah dalam hal tingkat kehadiran penonton.
Rata-rata suporter yang datang ke stadion hanya sekitar 8.345, dengan beberapa laga hanya dihadiri kurang dari 1.000 penonton.
Pada 22 Oktober, Al-Ettifaq asuhan Henderson kalah 1-0 dari Al-Riyadh di depan hanya 696 pendukung.
Beberapa pertandingan lain di akhir pekan yang sama gagal menembus angka 1.000.
2. Kurangnya Persaingan
Pada musim panas ini, dana investasi publik Arab Saudi membeli empat klub, yakni Al Nassr, Al Hilal, Al Ittihad, dan Al Ahli.
Sebanyak tiga tim di antaranya menempati posisi empat besar klasemen musim ini.
Kondisi ini membuat ketimpangan di antara klub-klub terbaik dengan yang lainnya.
3. Pemain Gagal Beradaptasi
Soal adaptasi ini diakui oleh Henderson dan Laporte yang baru pertama kali hidup di negara Teluk tersebut.
Kepada media Spanyol AS, Laporte mengakui bahwa dirinya kesulitan untuk beradaptasi.
“Ini adalah perubahan besar dibandingkan dengan Eropa, tapi pada akhirnya, ini semua tentang adaptasi,” kata pemain internasional Spanyol itu.
“Mereka tidak memberikan kemudahan bagi kami. Faktanya, banyak pemain yang merasa tidak puas," katanya.
(fan)