- instagram @uefa_official
Apa Itu Finalissima? Lebih dari Sekadar Adu Gengsi Amerika Latin dan Eropa
London, Inggris – Argentina dan Italia membawa gengsi Amerika Selatan dan Eropa saat bertarung dalam laga bertajuk “Finalissima”, Rabu (01/06/2022) malam. Apa sebenarnya makna “Finalissima?”
London, ibukota Inggris, kembali ramai oleh orang-orang Italia. Seperti pada Juli 2021, pendukung Gli Azzurri ingin mengulang memori kala La Nazionale memenangi EURO 2020. Namun kini tim asuhan Roberto Mancini menghadapi lawan dari Amerika Selatan, Argentina, dalam laga berjudul “Finalissima”.
Setara dengan Italia selaku kampiun kejuaraan garapan UEFA, Argentina datang dengan predikat sebagai juara tingkat benua. La Seleccion memasuki duel “Finalissima” di Stadion Wembley, London, Inggris, sebagai pemenang Copa America 2021 yang merupakan turnamen paling bergengsi mililk CONMEBOL.
Apa sebenarnya makna “Finalissima” dan bagaimana asal-muasalnya? Merujuk pada arti harfiah, kata “finalissima” berarti final besar atau grand final. Kata ini berasal dari bahasa Italia dan Spanyol yang tepat untuk menggambarkan pertemuan dua tim yang akan bertarung pada pertandingan di London.
“Finalissima” juga merupakan kata dalam bahasa Portugis, bahasa kedua terbesar di kawasan Amerika Selatan, setelah Spanyol. Kecuali Brasil yang berbahasa Portugis, hampir seluruh masyarakat di negara-negara Amerika Latin menggunakan bahasa Spanyol (dan sedikit Italia) dalam percakapan sehari-hari.
Argentina termasuk negara yang mayoritas penduduknya merupakan orang-orang keturunan Spanyol dan Italia. Dua pemain paling senior di tim Albiceleste, Lionel Messi dan Angel Di Maria, merupakan contoh warga yang memiliki darah Italia dari pihak keluarga ayah dan Spanyol dari garis keturunan ibu.
Meski lancar berbahasa Spanyol, Messi dan Di Maria serta banyak pemain Spanyol lain seolah menjalani reuni dengan tim Italia. Namun secara sejarah, turnamen “Finalissima” juga merupakan ulangan atau kejuaraan lama yang hidup lagi di antara dua konfederasi besar sepakbola dunia, CONMEBOL dan UEFA.
Berakar dari Intercontinental Cup
Semua memiliki akar dari ide pertandingan antara klub juara kompetisi tertinggi level internasional di CONMEBOL dan UEFA. Pada 1960, pemenang CONMEBOL Copa Libertadores (Penarol dari Uruguay) dan juara UEFA Champions Cup (Real Madrid dari Spanyol) bertarung pada dua laga Intercontinental Cup.
Pertemuan dua klub juara dari dua konfederasi menjadi kegiatan rutin selama 44 tahun dari 1960 sampai 2004. Intercontinental Cup kemudian berakhir setelah FIFA terlibat dengan menyelenggarakan turnamen sejenis namun dengan peserta lebih banyak, yakni klub juara seluruh konfederasi di dunia.
Dengan nama Piala Dunia Klub, para juara dari turnamen strata tertinggi tiap konfederasi sepakbola bersaing di satu kota tuan rumah. FIFA Club World Cup hanya mengubah sedikit format dua leg dan kemudian satu leg dari Intercontinental Cup hingga menggunakan pertandingan sistem gugur.
Meniru keberhasilan Intercontinental Cup di level klub, ide sejenis muncul di tingkat tim nasional. CONMEBOL dan UEFA sepakat untuk menggelar pertandingan yang mempertemukan negara juara dari masing-masing kompetisi tertinggi tingkat benua, yakni juara Copa America dan EURO (Piala Eropa).
Piala Artemio Franchi lahir untuk mempertandingkan juara EURO dan Copa America. Tapi Copa Artemio Franchi (European/South American Nations Cup) berlangsung hanya dua kali (1985 dan 1993) karena kesuliltan dua konfederasi mengatur sinkronisasi penyelenggaraan Piala Eropa dan Piala Amerika.
Ide dari Arab Saudi
Bahkan sebelum pelaksanaan edisi kedua Copa Artemio Franchi (1993), Arab Saudi menciptakan sebuah turnamen internasional dengan mengundang negara-negara juara dari tiap konfederasi untuk mengikuti King Fahd Cup 1992. Namun Denmark (juara EURO 1992) tidak hadir, begitu pun wakil OFC (Oseania).
Denmark memilih untuk fokus pada pertandingan Artemio Franchi Cup 1993. Saat kemudian berangkat ke Argentina, juara EURO 1992 beradu sama kuat dengan tuan rumah dalam waktu normal sebelum kalah adu penalti oleh tim yang belum lama pulang dari menjuarai King Fahd Cup 1992 di Arab Saudi.
Namun Denmark dapat membalas kekalahan justru pada pelaksanaan King Fahd Cup kedua pada 1995. Masih berstatus pemegang trofi EURO 1992, Tim Dinamit mengalahkan juara bertahan Argentina yang datang di Arab Saudi setelah sukses mempertahankan predikat selaku pemenang Copa America 1993.
King Fahd Cup cukup sampai edisi kedua. Piala Raja Arab Saudi kemudian berkembang menjadi event resmi FIFA, Confederations Cup yang mempertandingkan negara juara dari tiap konfederasi, yakni AFC (Asia), CAF (Afrika), CONMEBOL, CONCACAF (Amerika Utara, Tengah, Karibia), OFC (Oseania) dan UEFA.
Tapi setelah Confederations Cup berjalan 10 edisi, CONMEBOL dan UEFA bersepakat menghidupkan kembali turnamen bilateral serupa Artemio Franchi. Seolah Piala Super yang mengadu pemenang EURO dan Copa America, Finalissima jadi penentu siapa juara sejati dari dua kekuatan sepakbola dunia. (raw)