- tvonenews/julio
Pelatih Timnas U-17 Kenang Pengalaman Tinggal di Malang yang Nyaman
Cibinong, Jawa Barat – Bima Sakti dan Timnas U-17 mempersembahkan kemenangan atas Guam untuk korban tragedi Kerusuhan Kanjuruhan. Sang pelatih punya banyak kenangan indah di Malang.
Tim nasional (Timnas) sepakbola Indonesia usia di bawah 17 tahun (U-17) menang meyakinkan pada penampilan pertama di kualifikasi Piala Asia U-17 2023. Timnas menghunjam Guam dengan 14 gol tanpa satu pun balasan pada Senin (03/10/2022) malam di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Kemenangan Timnas U-17 terjadi saat Indonesia berdukacita dan dunia ikut menyampaikan rasa berbelasungkawa karena Kerusuhan Kanjuruhan yang menghilangkan ratusan nyawa manusia. Para pemain berjuang untuk tetap fokus saat hati gundah gulana lantaran nestapa.
Namun pelatih Timnas U-17, Bima Sakti meminta pasukannya untuk tetap menjaga konsentrasi. “Kami harus tetap maksimal. Kami sepakat di antara pelatih, manajer, dan seluruh pemain bahwa kami persembahkan kemenangan ini untuk musibah di Kanjuruhan,” tutur Bima seusai pertandingan.
Bima Sakti berharap, sekelumit perjuangan tim asuhannya dapat memberi sumbangan energi bagi masa depan sepakbola Indonesia.
“Semoga ini jadi kebangkitan untuk sepakbola kita dan momen ini menjadi pemersatu semua suporter agar lebih dewasa, saling menjaga, dan sepakbola kita maju ke depan,” imbuh pelatih berusia 46 tahun.
Bima Sakti Betah di Malang
Secara pribadi, Bima Sakti Tukiman punya kedekatan dengan Malang Raya. Bima Sakti mengenal Kota Malang dan Kabupaten Malang karena pernah memperkuat Persema Malang selama enam musim, rentang waktu terlama dalam kariernya sebagai gelandang di sembilan klub Liga Indonesia.
“Malang ini kota yang indah dan nyaman untuk tempat tinggal. Selama enam tahun, saya memperkuat Persema Malang. Secara emosional, kedekatan saya dengan Malang sangat besar dan saya sampai punya rumah di sana,” ujar Bima Sakti.
Lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, lelaki berdarah Jawa sangat betah tinggal dan berkarier di Malang. “Suasananya nyaman dan atmosfer sepakbolanya juga bagus. Memang suporter Persema jauh dengan Arema tapi loyalitas sangat luar biasa untuk Arema juga,” lanjut Bima.
Pria kelahiran 23 Januari 1976 mengaku sangat sedih mendengar tragedi berdarah terjadi di Stadion Kanjuruhan yang ia sangat kenal.
“Semoga ini jadi pembelajaran buat kita semua sebagai pelatih dan pemain. Saya berharap, sesama suporter bisa lebih respek agar bisa saling mendukung di dalam satu stadion,” sambung Bima Sakti yang mendoakan tak ada lagi petaka seberat Kerusuhan Kanjuruhan pada masa depan. (hsn/raw)