- fifa
AFC Bela Tuan Rumah Piala Dunia 2022 Qatar, Tuding Kritik Sebagai Sikap Munafik
Doha, Qatar – AFC menampik kritik tentang catatan HAM di Qatar. Konfederasi sepakbola Asia justru memuji tuan rumah Piala Dunia 2022 telah sukses menyelenggarakan turnamen.
Presiden Asia Football Confederation (AFC) membela Qatar. Ketua AFC, Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, menyebut tuan rumah Piala Dunia 2022 telah berhasil melakukan tugas sebagai pelaksana kejuaraan tertinggi di tingkat FIFA.
Piala Dunia yang Sukses
Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, yang merupakan anggota Kerajaan Bahrain, memuji negara tetangga dekat, Qatar.
“Organisasi penyelenggaraannya cemerlang, lingkungannya positif,” kata Presiden AFC, Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa.
"Saudara kami (Qatar) tidak gagal dalam memberikan fasilitas dan stadion dan saya yakin ini akan menjadi salah satu turnamen paling sukses."
Pernyataan Sheikh Salman merupakan sikap terhadap beragam kritik, terutama dari banyak negara Eropa. Para pengecam menyorot catatan hak asasi manusia tuan rumah, Qatar, terutama menyangkut keselamatan para pekerja pembangunan stadion Piala Dunia 2022.
Beberapa negara barat juga menuduh budaya Qatar yang tidak menghargai hak-hak perempuan.
Penganut paham hidup bebas bahkan mengkritik Qatar yang melarang apa pun atribut yang asosiatif dengan komunitas LGBTQ, sekte seksual yang menyimpan dan terlarang dalam ajaran agama apa pun.
Standar Ganda Barat
Pemerintah tuan rumah berulang kali menuduh pengkritiknya dengan "standar ganda" dan "rasis, sembari menunjuk reformasi undang-undang perburuhan yang seharusnya menjadi petunjuk perbaikan di Qatar.
Seorang pejabat FIFA pun melakukan pembelaan dengan mengatakan, Piala Dunia 2018 memberlakukan aturan cukup ketat karena Russia juga tidak melegalkan gaya hidup LGBT. Gereja Orthodox yang menjadi panutan mayoritas penduduk Russia pun mengecam praktik seksual menyimpang.
Namun kini sikap hipokrit justru muncul pada pelaksanaan Piala Dunia 2022. Seorang profesor di Turki menuduh, kaum orientalis menghembus isu lama yang berkaitan dengan Islamophobia dan rasisme terhadap negeri non-Barat.
Ibrahim Karatas menunjuk undang-undagan di Prancis dan Rusia (bahkan juga China) yang membatasi peredaran minuman beralkohol. “Tapi tak ada reaksi dari media. Begitu pemerintah Qatar menerapkan aturan yang sama, muncul kritik keras,” tulis Karatas melalui Daily Sabah. (raw)