- Kolase tvOnenews / JFA / julio trisaputra tvOne
Legenda Jepang Cerca Performa Jepang saat Tekuk Indonesia: Banyak Cengar-cengir hingga Soroti Lemparan Pratama Arhan
tvOnenews.com - Legenda Jepang sekaligus kritikus sepak bola ternama, Sergio Echigo memberikan pandangannya soal performa Timnas Jepang saat mengalahkan Timnas Indonesia di Grup D Piala Asia 2023.
Sebagaimana diketahui, tim Samurai Biru tampil maksimal untuk mengalahkan tim Garuda guna meraih poin penuh.
Jepang juga berhasrat mengamankan peringkat kedua klasemen Grup D, usai sebelumnya mengalami kekalahan dari Irak 1-2.
Timnas Indonesia vs Jepang. (PSSI)
Tim jepang yang diarsiteki oleh Hajime Moriyasu itu tampil agresif sejak menit pertama, dengan memainkan Takefusa Kubo, Wataru Endo, dan striker andalan mereka yakni Ayasa Ueda.
Sayangnya, bek tengah Timnas Indonesia blunder, Jordi Amat menarik striker Jepang Ayase Ueda saat menggiring bola di dalam kotak penalti, sehingga menyebabkan tim Garuda dihukum penalti oleh wasit pada menit ke-4.
Babak kedua, jepang pun mempelebar keunggulannya yang lagi-lagi dicetak oleh Ueda, berkat umpan silang ciamik dari Doan.
Tim Samurai Biru menambah golnya melalui kemelut di depan gawang Ernando Ari, berasal dari serangan sisi kanan pertahanan Indonesia dan membuat gol bunuh diri Justin Hubner pada menit ke-88.
Pada tambahan waktu 90+1, Timnas Indonesia berhasil memecah kebuntuan melalui tendangan Sandy Walsh di dalam kotak penalti, yang berasal lemparan jarak jauh Pratama Arhan.
Komentar legenda sepak bola Jepang atas performa tim Samurai Biru
Sergio Echigo yang diketahui sebagai penemu Elastico, sebuah teknik yang sering digunakan Ronaldinho.
Teknik Elastico sendiri adalah teknik mengubah arah bola dengan cepat demi mengelabuhi lawan, di mana skill ini diawali dengan bola berada di kaki terkuat kemudian bola sedikit digeser dengan kaki luar ke arah yang diinginkan seraya diikuti oleh gerak badan.
Sergio Echigo, hall of fame sepak bola Jepang. (source: JFA)
Saat lawan tampak sudah mengikuti gerak bola dan badan, sang pemegang bola bisa dengan cepat mengubah arah dribble dengan memakai kaki bagian dalamnya.
Sergio Eichigo merupakan pesepakbola yang lahir di Sao Paulo Brasil, pada 28 Juli 1945, seorang nisei, atau bisa dikatakan generasi kedua Imigran Jepang yang tinggal di Amerika dan Eropa pasca Perang Dunia.
Echigo pun memulai karier sepakbolanya di tim muda klub Brasil, hingga kemudian mudik ke tanah leluhurnya dan berkarier di Liga Jepang pada medio tahun 1970-an.
Sergio Echigo yang kini dikenal sebagai pandit sekaligus kritikus olahraga di Jepang, menuliskan opininya tentang performa Jepang saat mengalahkan Timnas Indonesia.
Mantan pemain Corinthians ini menyoroti dari pemain Jepang.
Menurutnya hanya ada dua pemain yang bermain serius dalam laga tersebut, yakni Wataru Endo dan Tomiyasu.
"Pemain lain harus memanfaatkan peluang yang diberikan sebaik-baiknya, namun mereka tidak boleh hanya tertawa karena melakukan kesalahan. Dalam waktu dua tahun, Anda akan duduk di bangku cadangan mendengarkan peluit kickoff Piala Dunia di Amerika Utara dan Tengah. Mungkin di depan TV di rumah," ungkapnya melalui kolom tulisannya dilansir di Nikkon Sports.
Sergio Echigo merasa geram atas tingkah laku para pemain Jepang di atas lapangan karena dinilai banyak tertawa.
"Tidak ada rasa krisis atau keputusasaan. Memang benar laga melawan Indonesia tidak terlalu berarti untuk melaju ke turnamen. Ini mirip dengan apa yang disebut pertandingan pencernaan. Menang bukan berarti Anda akan menjadi yang pertama, dan selisih gol tidak menjadi masalah," ungkapnya.
"Namun pertandingan ini sangat penting bagi sub-tim, jadi apa artinya bersenang-senang mengoper bola dan menunjukkan senyuman? Jika Anda mengira peluang akan datang berulang kali, Anda salah." terangnya.
Tak sampai di situ saja, Echigo juga menyoroti terciptanya gol dari timnas Indonesia, yang sebelumnya sudah diwaspadai tapi tetap berbuah gol dari lemparan jarak jauh Pratama Arhan.
"Menjelang akhir pertandingan, ia kebobolan satu poin dari lemparan jauh yang paling ia khawatirkan. Dapat dimengerti bahwa siaran televisi terestrial tidak mengganggu." pesannya.
Ia juga meminta pemain Jepang lebih serius, setelah Jepang tercatat tidak pernah clean sheet dalam tiga laga fase grup D.
"Selanjutnya adalah turnamen. Berbeda dengan pertandingan liga, kebobolan satu gol bisa berakibat fatal. Meski begitu, kebobolan 5 gol dalam 3 pertandingan memang mengkhawatirkan." imbuhnya. (ind)