- YouTube Gocek Bung Towel & PSSI
Kritik Shin Tae-yong, Anjas Asmara Ternyata Pernah Gagal Antar Timnas Indonesia ke Olimpiade 1976 Gara-Gara Gagal Penalti
tvOnenews.com - Legenda sepak bola Indonesia, Anjas Asmara, sedang menjadi pembicaraan publik menyusul pernyataannya terhadap pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Anjas Asmara telah diketahui sejak lama merupakan sosok yang kerap melontarkan kritik-kritik terhadap Shin Tae-yong.
Pada Rabu (8/5), sang legenda timnas Indonesia melancarkan serangan kepada Shin Tae-yong dalam tayangan di stasiun televisi nasional, iNews.
Dalam kesempatan tersebut, sang legenda berusia 72 tahun itu menyatakan bahwa pelatih asal Korea Selatan itu tidak berkompeten.
Menurutnya, Shin Tae-yong hanya bisa parkir bus saja, bukan bermain menyerang karena tidak memiliki seorang goal-getter.
Anjas mengatakan bahwa PSSI harus memecat STY dan menunjuk Pep Guardiola jika memang memiliki uang yang banyak.
Atas serangannya tersebut, Anjas menjadi pembicaraan di kalangan suporter sepak bola Indonesia.
Jadi, siapa Anjas Asmara? Dia merupakan pemain timnas Indonesia pada dekade 70-an, berposisi penyerang.
Anjas Asmara lahir di Medan pada 30 April 1952, usianya kini 72 tahun. Selama berkarier, dia telah membela timnas Indonesia dalam 30 pertandingan, menurut catatan Transfermarkt.
Anjas, yang dikenal juga sebagai legenda Persija Jakarta, pernah sekali waktu hampir mengantarkan timnas Indonesia mencapai Olimpiade Montreal 1976.
Pada saat itu, tim asuhan Wiel Coerver berjuang di babak kualifikasi Olimpiade Montreal 1976 pada 15 hingga 26 Februari 1976.
Indonesia bersaing dalam grup yang sama dengan Korea Utara, Malaysia, Singapura, dan Papua Nugini.
Mengawali kiprah dengan main imbang 0-0 kontra Singapura, Indonesia menang telak 8-2 atas Papua Nugini.
Di pertandingan ketiga, skuad Garuda kandas 1-2 dari Korea Utara yang membuat laga terakhir kontra Malaysia sebagai duel kelolosan ke final.
Indonesia, yang pada saat itu berada di peringkat ketiga grup, sukses naik ke urutan kedua setelah berhasil mengalahkan Malaysia dengan skor 2-1.
Keberhasilan itu membuat timnas Indonesia bertarung di partai final kontra Korea Utara dalam duel yang diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 26 Februari 1976.
Pertarungan sengit tersaji di hadapan 120 ribu suporter yang memadati GBK dan pertandingan pun berjalan panas hingga tidak ada gol yang tercipta selama 90 menit.
Pada saat itu, pertandingan langsung masuk ke adu penalti, tidak ada babak perpanjangan waktu. Timnas Indonesia pun menentukan nasibnya lewat duel tos-tosan.
Pelatih Wiel Coerver menyiapkan kapten Iswadi Idris, Junaedi Abdillah, Waskito, Oyong Liza, dan Anjas Asmara.
Tiga penendang pertama Indonesia berhasil melaksanakan tugasnya. Bahkan, Garuda unggul 3-2 hingga akhirnya tendangan Oyong Liza ditepis kiper Korut, Jin In-chol.
Korut menyamakan skor menjadi 3-3 yang membawa duel adu penalti ke babak sudden death lantaran tendangan Anjas Asmara yang terlalu lemah mampu ditahan oleh In-chol.
Korut sempat berbalik unggul 4-3, namun Risdianto menyamakan skor. Kemudian, Korut unggul lagi menjadi 5-4 setelah Hong Song-nam membobol gawang Ronny Paslah.
Sueb Rizal harus mencetak gol di tendangan berikutnya, namun eksekusinya justru melenceng jauh, yang menyebabkan timnas Indonesia gagal lolos ke Olimpiade Montreal 1976.
Singkat cerita pada 2024, kini timnas Indonesia U-23 berpotensi menembus Olimpiade Paris 2024 dalam tim yang dipimpin oleh Shin Tae-yong.
Duel penentu playoff Olimpiade Paris 2024 tersebut akan dilaksanakan pada Kamis (9/5) esok, dengan menghadapi Guinea di Clairefontaine, Paris, Prancis. (rda)