- Kolase tvOnenews / Liga Indonesia Baru / ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
Merasa Tak Diberi Kesempatan Jadi Pelatih Timnas Senior, Rahmad Darmawan Bongkar Kondisi Skuad Garuda di Masanya ...
tvOnenews.com - Pelatih papan atas klub Indonesia, Rahmad Darmawan membagikan pengalamannya saat melatih timnas Indonesia U-23 di ajang SEA Games di tahun 2011 dan 2013.
Sebagai informasi, timnas Indonesia di bawah kepelatihan Shin Tae-yong mengalami perubahan signifikan bagi prestasi hingga performa, taktik, permainan hingga fisik para pemain.
Ranking FIFA dari timnas Indonesia naik dengan menempati peringkat ke-134 dunia dengan koleksi 1.102,70 poin dari sebelumnya ranking 142 dunia.
Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024. (PSSI)
Pada ajang Piala Asia U-23 2024, timnas Indonesia berhasil mengukir sejarah sebagai tim debutan yang langsung mampu melaju ke babak semifinal.
Ia bahkan membawa tim Garuda lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023, meski harus tersingkir oleh Australia.
Rahmad Darmawan ungkap pengalaman saat menangani timnas Indonesia
Rahmad Darmawan atau Coach RD diketahui menjadi pelatih timnas Indonesia U-23 di SEA Games dua kali, pada tahun 2011 dan tahun 2013.
Di mana dirinya berhasil mempersembahkan dua medali perak bagi Garuda Muda.
"Saya waktu itu menangani tim nasional U-23 di SEA Games dua kali, 2011 dan 2013. Dua-duanya kita masuk final, dua-duanya dapat perak," ungkapnya dilansir youtube Sport77.
"Dua-duanya gagal di final, satu kalah di penalti, yang satunya kita kalah 1-0 lawan Thailand di Myanmar," terangnya.
Mantan pelatih Arema ini mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menjadi pelatih timnas senior.
"Tidak pernah menjadi head coach permanen (timnas senior), hanya caretaker itu ketika proses dari Wim Rijsbergen," tuturnya.
RD menceritakan bahwa dirinya saat itu dipercaya asisten pelatih timnas di era Wim Rijsbergen.
"Saya sebagai asisten beliau saat itu belum datang, sehingga saya menjadi caretaker asistennya," ungkapnya.
"Sama ketika ada proses perpindahan dari Coach Manuel Blanco ke Wim Rijsbergen belum datang, nah saya juga menjadi caretaker di sana," jelasnya.
Rahmad Darmawan, mantan pelatih timnas Indonesia U-23.
Pelatih berusia 57 tahun itu mengungkapkan bahwa dalam kondisi 'ribut' baru dirinya maju sebagai pelatih timnas dari asisten.
"Jadi memang waktu itu betapa sulitnya saat it, saya ada 52 orang untuk dalam waktu tiga hari menyeleksi pemain menjadi 23 pemain," tuturnya.
"Bayangkan tim nasional, dan saya nggak pernah mendapatkan ruang yang nyaman ketika itu," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa tim skuad yang diseleksinya menghadapi Arab Saudi 4 hari kemudian.
"Kenapa? apa yang membuat ruang tidak nyaman?" tanya Mamat Alkatiri yang memandu podcast.
"Karena itu tadi, tidak dikasih waktu yang cukup. Bayangkan waktu hanya 3 hari loh untuk menyeleksi 52 pemain yang dipanggil timnas menjadi 23 untuk lawan Arab Saudi, belum (waktu) latihan untuk menghadapi Arab Saudi," pungkasnya.
Hal yang berbeda ketika Rahmad Darmawan menangani timnas Indonesia U-23.
"Saya punya waktu cukup panjang, kurang lebih dua bulan dan saya membuat periodisasi latihan yang bisa saya modified dengan sangat baik, mulai dari masa persiapan sampai pemilihan pemain di final," terangnya.
Masalah yang dihadapi oleh skuad yang diasuhnya di SEA Games 2011 adalah masa pemulihan atau recovery-nya kalah dengan Malaysia saat itu.
"Karena kita abis semifinal melawan Vietnam itu H-2, Malaysia main -2 juga dia lawannya Myanmar, dia (Malaysia) main jam 4-6 nggak ada perpanjangan," kenangnya.
"Kita main lawan Vietnam, main kedua kondisi hujan, main malam hari. Recovery kita kalah, intensitas kita kalah sehingga pada -1 pada +1 kita main, saya melihat kondisi anak-anak parah banget saat itu," tambahnya.
Diego Michiels saat memperkuat Timnas Indonesia di SEA Games 2011. (Instagram @diegomichiels24)
Kemudian RD mengumpulkan para pemain dan menyanyikan bersama lagu-lagu patriotisme yang didapatkan dari latihan di markas Kopassus.
"Nggak latihan, hari min satu itu kita keliling hotel Sultan terus nyanyi lagu itu untuk membangkitkan semangat. Karena saya tahu mereka begitu lelah di semifinal menuju final," pungkasnya.
Pelatih yang berjasa memberi gelar Champions untuk Sriwijaya FC ini menceritakan saat di final bahwa skuad Garuda pada babak pertama masih bisa mendominasi permainan.
Kemudian pada babak kedua mulai terlihat penurunan performa karena pengaruh kelelahan, dan Malaysia mulai membalas menjadi 1-1.
Bahkan ada perpanjangan waktu dan melalui babak adu penalti.
"Ketika adu penalti itulah kelihatan banget, ada saya tunjuk tak ada satu pun pemain yang siap untuk menendang penalti," katanya.
"Itu cerita yang sudah sangat lama, tapi masih ingat dan membuat saya tidak bisa tidur berapa malam waktu itu ya, karena harusnya kita juara," tambahnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini