- PSSI
Tak Tahan Lagi, Suara Hati Ragnar Oratmangoen untuk Pelatih yang Menghancurkan Kariernya, Ternyata Selama Ini...
tvOnenews.com - Ragnar Oratmangoen mengungkap kenangan buruk yang tak bisa dilupakan selama menimba ilmu sepak bola di Belanda, berpesan khusus kepada pelatihnya.
Winger andalan timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen bahkan tak ragu bakal membuktikan dirinya lebih baik dari pelatih-pelatih yang pernah dijumpai selama kariernya.
Imbasnya, hal ini menjadi problem terbesarnya karena perlakuan pelatih yang pernah menanganinya.
Ragnar Oratmangoen merupakan salah satu pemain naturalisasi yang berposisi winger, ia menjadi pilihan utama Shin Tae-yong dalam beberapa laga terakhir skuad Garuda.
Ragnar Oratmangoen. pemain keturunan Maluku.
Ragnar Oratmangoen bagian pemain penting yang membawa timnas Indonesia meraih tiket ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia usai mengalahkan Filipina.
Shin Tae-yong, sang juru taktik itu memberikan kepercayaan kepada Ragnar Oratmangoen untuk melakoni debutnya pada laga kedua timnas Indonesia menghadapi Vietnam di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam.
Pemain yang sempat dipinjamkan ke Fortuna Sittard itu dipasang sebagai starter dan sukses menjawab kepercayaan Shin Tae-yong dengan berhasil mencetak satu gol dan satu assist.
Bermain sebagai winger, Ragnar Oratmangoen memiliki kemampuan jelajah yang baik ke pertahanan lawan, dan mengacak-acak pertahanan tim lawan, ia juga memiliki tembakan yang keras.
Sementara itu, dalam sesi bincang di podcast Sport77, Ragnar Oratmangoen menceritakan bagaimana kisah awal dirinya menimba ilmu sepak bola di beberapa akademi terkenal di Belanda hingga kini bermain di Eredivisie, FC Groningen.
"Akademi usia muda, NEC Nijmegen tim Calvin Verdonk bermain saat ini, saya bermain di semua kompetisi usia muda," tuturnya dilansir youtube Sport77 Official.
"Saya bermain di sana dari usia 9 hingga 18-19 tahun, semua kompetisi usia muda," terangnya.
"Bermain sebagai penyerang kiri?" tanya Coach Riphan yang memandu podcast.
Merespons pertanyaan tersebut, Ragnar mengaku pernah bermain di semua posisi.
"Saya bermain di semua posisi, gelandang, pemain bertahan, penyerang, dimana saja," terangnya.
"Ini adalah problem terbesar dalam karier saya," tambahnya.
Tak disangka, karena dipaksa bermain di segala posisi, itu menjadikan masalah di karier seorang Ragnar Oratmangoen.
Pemain berusia 26 tahun yang bermain dengan kaki kanannya yang terbaik ini mengungkapkan keinginannya untuk menjadi pelatih setelah pensiun.
"Suatu hari nanti, apakah kamu ingin menjadi pelatih?," tanya Mamat Alkatiri.
Merespons pertanyaan tersebut, Ragnar Oratmangoen membuka kemungkinan soal dirinya di masa mendatang bakal menjadi pelatih.
Terlebih lagi, berkaca dari pengalamannya yang tidak menyenangkan selama kariernya dipaksa bermain di banyak posisi.
Pemain timnas Indonesia, Nathan Tjoe-A-On, Ragnar Oratmangoen, dan Justin Hubner.
Dia bahkan tak ragu bakal membuktikan dirinya lebih baik dari pelatih-pelatih yang pernah dijumpai selama kariernya di sepak bola Belanda.
"Mungkin, mungkin saja, saya mulai lebih banyak memikirkannya akhir-akhir ini, karena saya banyak bertemu dengan pelatih bodoh di hidup saya," tuturnya.
"Saya hanya ingin memperlihatkannya ke mereka bagaimana yang semestinya dilakukan, tapi saya juga tidak tahu apakah saya bisa menjadi pelatih yang baik atau tidak," terangnya.
"Tapi mungkin saja, saya akan mencobanya setelah karier saya sebagai pemain selesai," tambahnya. (ind)