- Kolase tvOnenews/PSSI/AFC
Tagar STYOut Lumrah, Ketua Umum PSSI Erick Thohir Minta Suporter Konsisten Dukung Timnas Indonesia: Pelatih Arab Saudi yang Kalahkan Argentina Saja ...
Jakarta, tvOnenews.com - Tagar STYOut menggema ketika Timnas Indonesia kalah atas Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Meski akhirnya tagar tersebut berhenti setelah Timnas Indonesia mengalahkan Arab Saudi, namun Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut tagar tersebut tidak adil ketika kondisi Skuad Garuda kalah.
"Saya rasa tidak adil kalau kita bicara STY Out berdasarkan hasil kita, makanya saya bilang kita bicara evaluasi," kata Erick Thohir dalam program One on One tvOne, dikutip Minggu (24/11/2024).
Erick Thohir mengakui keputusan untuk memecat pelatih ada pada evaluasi yang didasari dari target yang sudah ditentukan.
"Kita bicara evaluasi dimana kita punya target, tentu ini bagian dari profesionalisme seorang pelatih ataupun saya," kata pemilik Oxford United ini.
Timnas Indonesia yang bermain di grup neraka memang tak hanya panas dari dalam tim saja, tapi juga sudah ada dua korban pelatih seperti Roberto Mancini dan Graham Arnold yang mundur dari Timnas Arab Saudi dan Australia.
"Termasuk pelatih Arab Saudi (Herve Renard) yang pernah kalahkan Argentina kita kalahkan, masuk ke kursi panas, ini lumrah," kata Erick Thohir.
Untuk itu, Erick Thohir meminta suporter untuk tetap konsisten mendukung Timnas Indonesia.
"Jika Timnas Indonesia kita menang, di-support, kalau belum menang di-support, tapi evaluasi individu harus dilakukan, bukan hanyaa pelatih tapi juga pemain," kata Erick Thohir.
"Kan beberapa pemain juga tidak dipanggil Timnas Indonesia lagi karena chemistry, atau central ego pribadi yang tidak blended dengan tim itu, karena ini permainan tim," kata Erick Thohir.
Erick Thohir menekankan bahwa sepak bola bukan permainan individu, melainkan permainan tim yang membutuhkan kerja sama solid untuk meraih kemenangan.
"Sangat concern, begini, karena ini generasi emas sepak bola Indonesia ketika kita menang Sea Games, mereka ini belum tentu kita dapat lagi sebagus mereka, walaupun U-17 dan U-20 kita bangun lagi, siapa tahu ada pemain lain," kata Erick Thohir.
Erick Thohir mencontohkan bagaimana lampu sorot pada Marselino Ferdinan yang berhasil mencetak dua gol ke gawang Arab Saudi sekaligus sebagai contoh kemenangan.
Sebelum Marselino mendapat semua pujian dan pamor tersebut, ada seorang Marselino Ferdinan yang mendapatkan tekanan dari suporter beberapa waktu lalu.
"Kita bisa lihat Marselino ini bermain, dia mencetak gol, tapi sebelum sebelumnya dia pressure, ketika beberapa kali dia memang, pemain muda, pasti, itu saya ingatkan mereka, siapa berdiri di atas gunung kan anginnya besar, sama kalau mereka bermain sosial media, siap siap tahan mental dicaci dan dipuji, harus bisa dewasa," katanya.
"Kalau itu menjadi tekanan pada mereka ya mereka harus cari cara mengeluarkan dari tekanan itu," kata Erick.
Erick mengakui PSSI terus memberikan supporting system untuk Timnas Indonesia, termasuk dirinya yang seringkali bertemu dengan pemain Timnas Indoensia.
"Berapa kali saya duduk sama mereka, ngobrol, ya karena mereka bagian dari pembangunan sejarah bangsa yang kita lakukan ini," katanya.
Mengenai risiko netizen Indonesia, lanjut Erick Thohir, tak hanya pemain Timnas Indonesia yang seringkali ditekan di sosial media.
Bahkan dia mendapatkan aduan dari negara lain soal agresivitas netizen Indonesia yang berkaitan dengan sepak bola.
"Saya bilang tidak, selama mereka melihat pertandingan bola berjalan dengan baik, mereka tidak akan agresif," kata Erick Thohir.
Menteri BUMN ini pun mengakui bagaimana ketika netizen Indonesia tak beraksi ketika Timnas Indonesia kalah lawan China namun punya sikap berbeda ketika ditahan imbang Bahrain.
"Misalnya mereka mengapresiasi Indonesia lawan China, ketika kalah mereka tidak agresif, ketika kita lawan Bahrain kan no komen, karena itu bagian dari bangsa kita yang memang demokrasi," katanya.
"Itu murni, bahkan ketika saya pun tidak melakukan pekerjaan saya, saya akan terkena, jadi mereka harus mengerti, jangan lihat dari kacamata mereka, kulturnya 'kan beda, kita negara demokrasi," tutupnya. (hfp)