- PSSI
Jauh Sebelum Shin Tae-yong Dipecat PSSI, Calvin Verdonk Pernah Bicara Jujur soal Mantan Pelatih Timnas Indonesia ttu: Sebenarnya Dia...
tvOnenews.com - Dunia persepakbolaan tanah air baru saja dikejutkan dengan kabar pemberhentian Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Pengumuman pemecatan Shin Tae-yong ini disampaikan langsung oleh PSSI dalam konferensi pers pada Senin (6/1/2025).
Hal ini tentu saja sangat mengejutkan publik. Pasalnya, kinerja STY sebagai pelatih tim nasional sepak bola Indonesia terbilang sangat baik.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjelaskan jika alasan Shin Tae-yong dipecat diantaranya karena masalah komunikasi, strategi, dan kepemimpinannya di Timnas Indonesia.
- PSSI
"Timnas ini perlu juga menjadi perhatian khusus oleh kami dalam evaluasi, kita melihat perlu ada pimpinan yang bisa lebih menerapkan strategi yang tentu disepakati oleh para pemain," kata Erick Thohir.
"Lalu komunikasi yang lebih baik dan tentu implementasi program yang lebih baik secara menyeluruh," ucap Erick menambahkan.
Melihat hal ini, salah satu pemain Timnas Indonesia juga sempat menyinggung soal strategi dan kepemimpinan STY.
LAntas seperti apa? Simak selengkapnya di bawah ini.
Bulan November 2024 lalu menjadi waktu yang sangat menegangkan bagi para penggemar Timnas Indonesia.
Pasalnya, ada dua pertandingan penting yang mempertemukan mereka dengan tim-tim kuat, Jepang dan Arab Saudi.
- tvOnenews.com - Julio Tri Saputra
Laga melawan Jepang tentu sudah diantisipasi dengan penuh kehati-hatian, mengingat kualitas luar biasa yang dimiliki oleh Samurai Biru.
Namun, pertandingan melawan Arab Saudi memberikan peluang lebih besar bagi Indonesia untuk meraih kemenangan.
Arab Saudi, yang kini berada dalam performa terbaik setelah kembalinya Herve Renard, pelatih asal Prancis yang dikenal dengan gaya kepelatihannya yang keras dan tegas, tampaknya akan menjadi ancaman serius.
Renard membawa perubahan signifikan dibandingkan dengan era kepelatihan Roberto Mancini, dengan pendekatan permainan yang lebih langsung dan mengutamakan tekanan tinggi (high pressing) pada lawan.
Berdasarkan data dari Transfermarkt, pemain-pemain dari Al-Hilal sering kali menjadi pilihan utama dalam formasi Renard.
Tiga pemain dari klub ini mencatatkan penampilan luar biasa dan menunjukkan kualitas permainan yang sangat menonjol di bawah kepelatihan Renard.
Kehadiran mereka akan menjadi ancaman besar bagi Timnas Indonesia, dan dapat menjadi sinyal bahaya yang harus diwaspadai dalam pertandingan nanti.
Pertama, ada Muhamed Kanno yang tampil impresif dengan 32 pertandingan selama periode pertama kepelatihan Herve Renard.
Kanno menjadi salah satu pemain kunci yang memberikan stabilitas bagi tim.
Di urutan kedua, striker Al-Ahli, Firas Al-Buraikan, turut menambah kekuatan tim dengan 30 pertandingan, mencatatkan 6 gol dan 3 assist.
Performa gemilangnya menjadi ancaman serius bagi lini pertahanan Indonesia.
Tak kalah penting, kapten Timnas Arab Saudi dan pemain Al-Hilal, Salem Al-Dawsari, mencatatkan 29 pertandingan, menjadi pencetak gol terbanyak dengan 13 gol dan 4 assist di bawah arahan Renard.
Dengan kontribusi yang luar biasa dari ketiga pemain ini, lini belakang Timnas Indonesia yang dipimpin oleh Jay Idzes tentu harus ekstra waspada dan bekerja keras untuk menghadapinya.
Di sisi lain, melihat kualitas tim lawan, Shin Tae-yong sepertinya tidak bisa lagi sekadar "bereksperimen" dengan komposisi pemain.
Pada laga sebelumnya melawan China, keputusan Shin Tae-yong untuk mengganti komposisi pemain menuai kritik tajam dari banyak pihak.
Keputusan tidak memainkan beberapa pemain andalan seperti Thom Haye, Sandy Walsh, Malik Risaldi, dan Rizky Ridho sejak awal pertandingan dianggap sebagai keputusan yang kurang tepat.
Hal ini membuat banyak pengamat dan netizen berpendapat bahwa strategi yang diterapkan Shin Tae-yong kurang efektif.
Bahkan, Calvin Verdonk pun sempat mengungkapkan pandangannya terkait hal ini, yang semakin mempertegas pentingnya pemilihan pemain yang tepat dalam laga-laga krusial Timnas Indonesia mendatang.
Shin Tae-yong harus lebih cermat dan tak bisa lagi meremehkan kekuatan lawan.
Calvin Verdonk seolah memberikan masukan konstruktif kepada Shin Tae-yong terkait sistem permainan yang selama ini diterapkan dalam Timnas Indonesia.
- AFC
Hal ini seharusnya tidak dilihat sebagai kritik negatif, melainkan sebagai bentuk keterbukaan antara pemain dan pelatih yang menunjukkan adanya komunikasi yang sehat.
Secara tidak langsung, Verdonk mengungkapkan bahwa dengan komposisi dan materi pemain yang tersedia saat ini, mungkin lebih baik untuk menerapkan skema empat bek.
Bagi pemain yang kini membela NEC Nijmegen tersebut, ia merasa lebih nyaman bermain dalam sistem tersebut.
Namun, Verdonk juga menegaskan bahwa ia tidak keberatan jika harus dimainkan dengan formasi tiga bek saat membela Timnas Indonesia.
Hal ini menunjukkan fleksibilitasnya sebagai pemain yang siap mengikuti berbagai kebutuhan taktik yang ditentukan oleh pelatih.
"Sejujurnya saya lebih suka bermain di tengah (center bek) dengan skema empat bek, karena Anda lebih terlibat dalam permainan dibandingkan sebagai bek kiri. Sebagai pemain belakang Anda sering kali menghadapi pemain yang cepat dan lincah. Terkadang orang kidal yang lebih suka masuk ke dalam, ini berarti Anda harus memutar dan memutar lebih banyak," kata Calvin Verdonk dilansir dari ForzaNEC.
"Saya tidak mengatakan saya lebih suka bermain di posisi tengah, tapi ini lebih menyenangkan. Saya suka sistem itu (tiga bek di Timnas). Anda tidak memiliki banyak duel dengan striker tinggi, banyak waktu menguasai bola, build up yang bagus, dan anda memiliki permainan di depan Anda," imbuhnya.
Melihat pandangan yang disampaikan oleh Calvin Verdonk, jelas bahwa selama ini Shin Tae-yong cenderung lebih memilih menggunakan formasi tiga bek, yang beralih menjadi lima bek saat tim dalam situasi bertahan.
Meskipun demikian, dengan kualitas pemain yang dimiliki saat ini, akan sangat disayangkan jika Timnas Indonesia terlalu terfokus pada aspek bertahan, mengingat banyaknya pemain dengan kemampuan menyerang yang mumpuni.
Pemain seperti Thom Haye, Calvin Verdonk, Ragnar Oratmangoen, Mees Hilgers, hingga Jay Idzes, memiliki naluri menyerang yang kuat dan kualitas teknis yang dapat dimanfaatkan lebih maksimal.
Sebagian besar dari mereka juga tumbuh dan berkembang dalam kultur sepak bola Belanda yang terkenal dengan filosofi permainan menyerang yang dinamis.
Melihat hal ini, ada baiknya Timnas Indonesia memanfaatkan potensi besar para pemain tersebut untuk bermain lebih agresif dan menyerang, sesuai dengan karakter mereka, agar dapat memaksimalkan kualitas permainan dan menciptakan peluang lebih banyak di setiap pertandingan. (tsy)