- tvonenews/julio
Hujan di Pakansari Bak Tangis Timnas untuk Indonesia atas Kerusuhan Kanjuruhan
Pelipur Lara dari Timnas U-17
Indonesia masih menangis dan terluka. Air mata dan darah masih menggenang akibat tragedi yang sulit dapat tempat di dalam batin dan nalar manusia. Bagaimana pertandingan sepakbola yang seharusnya memberi gol, kegembiraan, ketegangan dan keseruan berubah jadi petaka justru sesudah peluit akhir?
Tiga hari kemudian, peluit pertama berbunyi bagi Timnas U-17 yang menjalankan pertandingan pertama di kualifikasi Piala Asia U-17 2023. Saat beberapa remaja usia 17 tahun dan bahkan banyak yang lebih muda meregang nyawa di Malang, pasukan Bima Sakti harus tetap tampil sakti di panggung Asia.
Dengan menguatkan diri, Tim Merah-Putih memulai pertandingan. Butuh waktu hampir 10 menit bagi Arkhan Kaka Putra Purwanto untuk memelopori perjuangan timnya saat berhadapan dengan Guam.
Setelah menyakinkan diri, anak-anak Ibu Pertiwi menguasai Pakansari. Arkhan Kaka mencetak hat-trick. Walau berduka, Pasukan Garuda Belia kian tegar setelah Tegar Islami ikut memberi gol. Berseling rezeki gol Riski Afrisal, Arkhan membukukan quat-trick. Zaky Pramana menetapkan skor 7-0 pada babak awal.
Hujan gol terulang dengan jumlah sama pada babak kedua. Sesudah kesalahan pemain Guam, anak-anak Indonesia bergantian memasukkan bola ke gawang, mulai dari Jehan Pahlevi, Muhamad Gaoshirowi, Habil Abdillah, Figo Dennis, Nabil Asyura, sampai Ji Da Bin pada ujung waktu. Skor akhir 14-0.