Kontroversi Film Horor Religi, Garin Nugroho: Pentingnya Self Censorship

Selasa, 26 Maret 2024 - 21:12 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Ada love & hate relationship antara warga +62 & film horor bernafas agama. Satu sisi dihujat, namun peminatnya justru naik pesat. 

Dari atribut, hingga masuk ke tata cara ibadah yang dinilai sesat. Dituding kampanye hitam & harus dilarang. Akankah justru diartikan kebebasan berekspresi sudah hilang?

Sebuah film horor saat ini menjadi kontroversi kita ramai dibahas di media sosial berjudul Kiblat.

Film religi ini dianggap mengaitkan dengan agama tapi posternya yang dilihat oleh masyarakat sangat menyeramkan. Namun ada pula yang mengatakan itu kan bentuk kreativitas para sineas Indonesia.

Sutradara Garin Nugroho mengatakan dalam masyarakat demokrasi yang dewasa itu harus paham mengenai self censor dalam keseharian.

“Berhubungan dengan selensor itu sebetulnya ada dua hal yang paling penting. Pertama masyarakat atau penonton dilatih untuk melihat atau memutuskan memilih, melihat, dan tidak melihat film. Itulah yang harus dilatih dan didewasakan dan dibuka literasinya,” tutur Garin.

Menurut Garin, pada masyarakat yang multimedia, meskipun sebuah film kontroversi yang sudah dilarang tidak diputar di bioskop, maka masyarakat akan mencarinya di mana pun.

Maka self censor menjadi penting sebagai alat pendewasaan untuk memilih.

“Self censor menjadi penting. Oleh karena itu ketika terjadi debat beberapa film yang menyangkut horor dan agama, menurut saya yang harus dikembangkan adalah self censor dari masyarakat penonton, karena di dalam sejarah sebelumnya selalu timbul apaut sensor masyarakat berbasis profesi atau berbasis agama. Nanti ada yang tersinggung misalnya profesi suster menjadi penjahat gitu. Padahal itu adalah dunia fiksi, di seluruh dunia film-film Korea Amerika ya suster jadi penjahat biasa saja, atau dokter jadi penjahat biasa,” ucapnya.

Maka, Garin mengimbau masyarakat untuk mengembangkan self censor pada diri agar dapat memilih tontonan yang sesuai dengan moral yang dimiliki.

“Mari kita kembangkan self sensor di dalam diri penonton film Indonesia. Kalau memang disebut tidak memberikan suatu hal yang berkualitas dalam hidup pemeluk agama ataupun penontonnya, tidak usah menonton,” ucapnya.

Maka, menurut Garin, jika self censor sudah terbentuk di diri masyarakat, hal ini akan menuju pada tujuan suatu bangsa dalam hubungannya dengan demokratisasi tontonan. (awy)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:41
02:26
01:40
01:52
01:01
05:01
Viral