Stok 2021 Bisa Dipenuhi dari Dalam Negeri, Guru Besar IPB Pertanyakaan Impor Beras | IBF tvOne
Jakarta- Memasuki bulan Maret, pemerintah akhirnya memutuskan untuk membuka keran impor beras dengan alokasi sebesar 1 -1,5 juta ton. Namun, Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Profesor Muhammad Firdaus mempertanyakan alasan pemerintah dalam impor beras kali ini, mengingat produksi beras cukup untuk stok tahun 2021.
“Kebijakan impor beras ini harus dipertimbangkan secara matang. Mengapa harus impor? Mengingat untuk kebutuhan nasional sepanjang tahun sudah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri baik untuk konsumsi dan stok cadangan,” ujar Firdaus.
Firdaus menambahkan, berdasarkan rilis resmi dari Badan Pusat Statistik, ada produksi sekitar 14 juta dan cadangan sebesar 4,6 juta ton beras nasional. Produksi nasional tersebut dianggap sangat positif dan sudah mencukupi walaupun tanpa adanya kebijakan impor.
Dalam keterangan resminya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa impor beras kali ini dilakukan untuk menjaga stok beras nasional hingga akhir tahun. Menurutnya, salah satu alasan yang paling penting adalah penyediaan stok beras untuk lebaran.
Kebutuhan beras tahun ini juga diperkirakan naik karena adanya pemberian bantuan sosial dalam program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) korban bencana hingga masyarakat yang terdampak COVID-19.
Sementara itu, pedagang Pasar Induk Cipinang mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati membuka impor beras. Mengingat sampai saat ini masih aman untuk lebaran.
Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan, untuk stok di pasar induk lebih kurang ada 40 ribu ton setiap hari. Untuk stok puasa dan lebaran yang akan datang sudah terjamin.
Bulog sendiri memiliki stok yang cukup sehingga pemerintah diharapkan untuk tidak melakukan impor beras di saat yang tidak perlu, mengingat bulan Maret -Mei Indonesia memasuki musim panen.
Hal senada juga disampaikan oleh ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Mirah Midadah. Menurutnya, saat ini Indonesia memasuki musim panen. Bila kebijakan impor tetap dilaksanakan, tentu akan menekan harga di pasaran dan mencederai petani lokal.
Jika pemerintah tetap melaksanakan impor beras dengan angka yang sangat besar di waktu yang tidak tepat, maka dampaknya secara langsung akan dirasakan oleh petani dan juga harga yang tidak terkendali di pasaran. (awy)
Lihat juga: Ironi Negara Agraris, Kenapa Impor Beras?