Minyak Goreng Langka & Sembako Mahal, Pemerintah Tak Serius Mengatasinya? | EcoFlash
Jakarta - Ibu-ibu harus saling dorong demi berebut minyak goreng di salah satu toko yang menjual minyak goreng murah di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Saat toko tersebut dibuka, ibu-ibu ini langsung menyerbu masuk ke dalam toko. Aksi saling dorong pun tidak terhindarkan.
Banyaknya warga yang mengantri membuat stok minyak goreng ludes terjual kurang dari satu jam. Agar seluruh warga yang mengantri kebagian, satu orang hanya diperbolehkan membeli satu bungkus minyak goreng kemasan dua liter.
Sementara itu antrian pasar murah minyak goreng di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan berlangsung ricuh. Ribuan warga berebut saat hendak menerobos antrean pasar murah minyak goreng yang digelar di aula Kompleks Masjid Al Munawir.
Sejumlah ibu-ibu rela berdesak-desakan dan terjatuh untuk mendapatkan kupon. Sedianya pihak panitia menyiapkan 250 kupon untuk warga dengan masing-masing warga dibatasi membeli 2 liter minyak goreng dengan harga Rp 14.000 per liter.Namun kegiatan pasar murah ini akhirnya dibubarkan karena warga yang datang mencapai seribu orang.
Selain itu sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan harga yang tak wajar dalam beberapa waktu terakhir seperti kedelai, cabai, daging ayam, daging sapi, dan minyak goreng. Lonjakan harga ini membuat masyarakat menjerit karena harus merogoh kocek yang lebih dalam.
Dalam kasus komoditas kedelai, ekonom senior Rizal Ramli menyebut kenaikan harga terjadi karena masih besarnya ketergantungan impor akibat produksi dalam negeri yang terus merosot.
Rizal Ramli juga mengkritisi kebijakan operasi pasar untuk mengatasi gejolak harga minyak goreng. Ia menyebut operasi pasar hanya bentuk pencitraan dan tidak menyelesaikan masalah. (afr)