Yosep Mantara, Plt Kadis Peternakan Kabupaten Manggarai.
Sumber :
  • Istimewa

Waspada! ASF Mewabah Lagi di NTT, Manggarai Umumkan Upaya Pencegahan di Gereja

Jumat, 20 Januari 2023 - 00:11 WIB

Manggarai, tvOnenews.com - Kasus kematian babi akibat wabah African Swine Fever (ASF) atau virus demam babi Afrika dilaporkan kembali merebak di sejumlah wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), seperti Kota Kupang, Flores Timur dan Sikka.

Untuk mengantisipasi penularan itu, salah satu caranya dengan mengunci pergerakan atau mobilisasi ternak dari wilayah yang terpapar ASF.

Diketahui, African Swine Fever (ASF) adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular dengan ciri umum babi mengalami demam tinggi hingga 42 derajat kemudian menimbulkan perdarahan pada jaringan kulit perut, telinga dan kaki.

Sejak ASF pertama kali diidentifikasi pada tahun 1921 di Kenya Afrika Timur kemudian tahun 1957 menyebar ke Portugal dan berbagai negara di Eropa hingga ASF masuk ke Indonesia pada tahun 2020 melalui Medan Sumatra Utara, ASF belum ditemukan penawarnya.

Serangan ASF gelombang pertama yang terjadi pada tahun 2020 hingga awal 2021 di mana ribuan ekor babi di Manggarai seakan mengalami mati massal. Babi yang terkena ASF sudah pasti mati dalam dua atau tiga hari setelah terpapar.

Pemda Manggarai tidak mau kecolongan lagi. Sejak informasi ASF gelombang kedua mulai merebak, Manggarai langsung mengupayaan langkah pencegahan.

Dinas Peternakan setempat langsung membagikan imbauan tertulis kepada paroki-paroki untuk kemudian imbauan seputar pencegahan ASF dibacakan di gereja-gereja.


“Jika Flores Timur, Sikka kena, maka secepatnya setiap wilayah mengetatkan mobilisasi ternak. Kalau Ende ketat, Ngada, Nagekeo,Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat ketat maka kita aman,” kata Pelaksana tugas (Plt) Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai, Yosep Mantara kepada tvOnenews, Kamis (19/1/2023).

Dijelaskan Mantara, ASF dikenal sangat mematikan. Dengan demikian biosecurity lebih diperketat.

“Karena pembawa yang utama adalah ternak itu sendiri selain manusia sebagai media meskipun peluangnya lebih kecil. Tapi babi yang sakit itu sendiri yang paling utama. Imbauan kita seputar biosecurity yang diperketat, orang dari luar tidak boleh masuk ke area kandang. Kalau mau beli babi tunggu jauh lihat saja di foto atau video. Kemudian rajin menyemprot kandang dengan disinfektan. Kandang harus bersih dan selalu kering untuk meningkatkan stamina babi,” jelasnya. 

“Imbauan kita tempel di kantor kelurahan, kecamatan dan kantor desa juga dibacakan di gereja-gereja. Intinya pergerakan hewan dari daerah terpapar dikunci memang,” tekan dia.

Berkaca dari ASF yang menghantam Manggarai pada pertengahan 2020 sampai awal 2021 mengakibatkan ribuan ekor babi. Wabah tersebut yang muncul bersamaan dengan pendemi Covid-19 membuat ekonomi masyarakat makin terpuruk. Populasi babi turun drastis.

“Mudah-mudahan dengan pengalaman yang 2 tahun lalu mereka sudah pintar dan mengerti cara mengantisipasinya ya sehingga kita menghimbau dan respon masyarakatnya cepat,” harap Mantara.

Asisten Setda bidang Pembangunan itu berkata, beternak babi dalam skala kecil pun terbukti membantu ekonomi masyarakat. Sebut dia lagi, beternak babi seperti memelihara tabungan. Babi dalam peradaban masyarakat Manggarai lanjutnya merupakan hewan yang selalu ada dalam setiap acara apapun.

“Dengan babi orang bisa kuliahkan anak sampai sarjana. Bayangkan kalau babi peliharaan kita mati pasti stresnya luar biasa. Maka dari itu stop ASF mulai dari kandang. Kemudian jangan memberi babi makanan olahan berbahan babi, itu sangat beresiko,” katanya. 

Sejuah ini, dia bilang, belum ada masyarakat melaporkan kematian mendadak pada babi peliharaan mereka selain sakit biasa yang umum terjadi.

"Manggarai masih aman ASF. Tapi kalau besok-besok ada kasus yang mengarah pada ASF atau ada babi yang mati mendadak maka pemilik babi cepat melaporkan ke pemerintah desa/kelurahan supaya segera diuji secara laboratoris apakah ASF atau bukan,” tutupnya. (jku/aag)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
05:29
01:44
01:26
01:31
02:50
03:27
Viral