Kepala BNPT RI di Bali.
Sumber :
  • aris wiyanto

Peringatan Bom Bali, Kepala BNPT Sebut Terorisme di Indonesia Kini Ubah Pola ke Gerakan Bawah Tanah Sistematis

Jumat, 13 Oktober 2023 - 12:51 WIB

Badung, tvOnenews.com - Potensi serangan terorisme di Indonesia rupanya masih ada dam dibenarkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen. Pol. Rycko Amelza Dahniel.

Hal ini disampaikan Kepala BNPT usai mengikuti peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali yang berlangsung di Ground Zero atau Tugu Peringatan Bom Bali I di Jalan Legian, Kelurahan Kuta, Kabupaten Badung, pada Kamis (12/10) malam.

Komjen Rycko menerangkan, indikasi perubahan serangan terorisme terlihat selama tahun 2018 hingga 2023, dimana para terorisme merubah serangan mereka yang awalnya menggunakan serangan terbuka kini menggunakan serangan gerakan bawah tanah secara sistematis.

"Potensi ancaman itu selalu ada. Potensi ancaman serangan terbuka memang terus menurun saat ini, dari 2018 sampai 2023 ini, menurun terus. Tapi bukan artinya ancaman itu sudah tidak ada lagi," ujarnya.

"Ancaman itu, sekarang sudah lebih banyak berubah, dari serangan terbuka menjadi proses gerakan bawah tanah yang sistematis. Melakukan proses rekrutmen melalui radikalisasi secara online dan offline. Kemudian melakukan pengumpulan dana, memperkuat sel-sel seperti itu," lanjutnya.

Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, yang harus dilakukan adalah  membangun 
public awareness atau kesadaran publik tentang bahaya dari ideologi radikalisme tersebut. 

"Yang saat ini sudah melakukan perubahan dari pola serangannya, dari serangan terbuka menjadi serangan bawah tanah. Kemudian keikutsertaan publik memahami, sehingga kita memiliki daya cegah, daya lawan, dan daya tangkal terhadap ideologi kekerasan ini, dari semua kalangan terutama generasi muda, para perempuan, anak-anak dan remaja," ungkapnya.

Ia juga menyebutkan, bahwa selama ini BNPT dengan Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 telah menemukan ratusan ribu konten radikalisme dengan doktrin radikalisme. Apalagi, saat Pandemi Covid-19 yang memang dimanfaatkan oleh jaringan teroris tersebut.

"Tiga tahun pandemi, kita lebih banyak berkomunikasi menggunakan media online. Dalam waktu bersamaan, sel-sel ini memanfaatkan anak-anak yang belajar berkomunikasi, bersosialisasi, hampir seluruh kehidupannya menggunakan online itu dimanfaatkan dengan konten-konten radikal seperti itu. (Konten ditemukan) ratusan ribu," ujarnya.

Selain itu, mendekati pemilihan umum (Pemilu) dan Pilihan Presiden (Pilpres) 2024, pihaknya terus melakukan operasi untuk mengantisipasi jaringan teroris tersebut.

"Kami terus melakukan operasi, melakukan kesiapsiagaan nasional. Membangun public awareness untuk menciptakan resilient community. Kami melakukan monitor terhadap sel-sel jaringan itu dan para pendukungnya dan mantan napiter (napi teroris) yang ada di luar," jelasnya.

Sementara, untuk jaringan terorisme dari luar Indonesia menurutnya pasti selalu ada. Maka untuk mengantisipasi itu BNPT bekerjasama dengan banyak negara terutama negara-negara di Timur Tengah dan lainnya.

"(Jaringan teroris dari luar) pasti ada, karena namanya jaringan. Itu kita antisipasi dengan kerjasama internasional. Kita kerjasama dengan semua negara. Terutama negara di Timur Tengah dan lainnya," ujarnya.

Sementara, saat ditanya untuk potensi teroris di Indonesia di wilayah mana. Ia menyatakan, bahwa memang di beberapa tempat di Indonesia ada potensi rawan teroris dan pihaknya enggan menyebutkan. 

"Beberapa tempat memang ada potensi rawannya. Saya nggak sebutkan tempatnya, tapi menjadi atensi buat Polri dengan BNPT," ujarnya.

Sementara, untuk perhelatan Pemilu dan Pilpres fokus BNPT adalah melindungi masyarakat dan menjaga polarisasi dengan sebaik-baiknya supaya tidak terjadi benturan, dan juga menjaga kedamaian.

Ia juga menyatakan, bahwa jaringan teroris di Indonesia ada tetapi tidak masif dan terus dimonitor. Sementara, saat ditanya sejauh ini sudah berapa banyak teroris yang ditangkap, pihaknya menyebutkan banyak tetapi dalam tahun ini tidak sampai 100.

"Banyak jumlahnya tidak usah disebutkan. Yang jelas penangkapan-penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 itu tidak pernah berhenti. Dalam tahun ini (penangkapan) tidak sampai 100," ujarnya. (awt/far)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral