- Oktavianus Fredi Koban
Unik, Di Kampus Ini Mahasiswanya Boleh Bayar Biaya Kuliah dengan Hasil Bumi, Ikan dan Tenun Ikat
Sikka, tvOnenews.com - Polemik biaya uang kuliah tinggal (UKT) perguruan tinggi negeri yang mahal menjadi persoalan dan beban bagi generasi muda yang hendak melanjutkan pendidikan tinggi.
Namun demikian, ada yang berbeda di kota Maumere, kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Betapa tidak, sejak tahun 2018 lalu, Kampus Muhammadiyah Maumere punya cara tersendiri dalam hal biaya perkuliahan bagi mahasiswa.
Mahasiswa diperbolehkan membayar biaya kuliah dengan menggunakan hasil bumi, ikan maupun hasil tenun ikat.
"Kebijakan ini sudah terjadi sejak tahun 2018 lalu hingga saat ini," Kata Erwin Prasetyo, Rektor Muhammadiyah Maumere kepada tvonenews, Sabtu (25/5/2024) siang.
Dikisahkan Erwin, Kejadian ini berawal dari adanya seorang mahasiswi yang tinggal di desa Pruda, tidak sanggup membayar biaya semester yang dicicil secara tiga tahap, saat penentuan rencana studi, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS).
Mahasiswi ini memiliki tunggakan semester sebesar kurang lebih Rp 1 juta. Datang ke saya dan berkeluh kesah menyampaikan tidak bisa membayar uang semesteran kuliah karena hasil bumi di kampungnya seperti pisang dan kelapa, sudah panen tapi belum ada yang beli. Lalu saya merekomendasikan mahasiswi ini untuk membawa hasil bumi dari kampungnya itu ke kampus," kisahnya.
Hasil bumi berupa kelapa dan pisang yang dibawah, lanjut Erwin mengisahkan, dipasarkan oleh para dosen dan karyawan dan uang dari hasil jualan tersebut digunakan untuk membayar uang kuliah.
"Kebijakan ini sebagai langkah kampus untuk meringankan beban orang tua dalam mengatasi biaya kuliah," tegasnya.
Selain itu, lanjut Erwin, di kampus Muhammadiyah Maumere, ada kebijakan biaya gratis kuliah bagi mahasiswa yang berstatus anak yatim dengan jumlah biasa semesteran sebesar Rp 3.510.000 per semester.
"Di kampus ini sebagaian besar mahasiswanya Katolik. Jadi bea siswa ini tidak saja untuk mahasiswa yang muslim. Kalau yang muslim ada beasiswa tahfix Quran, minimal dua juzz itu bebas SBP," tambah Erwin.
Sementara itu, Asmia Fransiska, salah satu alumi yang kini menjadi staf rektorat mengaku, selama kuliah dirinya membayar biaya perkuliahan dari hasil tenun ikat selendang yang dibuat sang kakak.
"Saat mama saya meninggal, kaka saya yang membiayai dengan menjual selendang hasil tenun ke kampus hingga saya tamat kuliah," kisahnya.
Saat ini untuk menampung hasil bumi dari mahasiswa, pihak kampus akan menyediakan tempat sebagai sarana UKMK guna menjadi sarana mengolah dan memuaskan hasil bumi maupun tenun ikat agar dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi biaya perkuliahan. (ofk/frd)