- tim tvone - Cepi kurnia
Peringati Nuzulul Qur'an, Anak Punk dan Pengamen Belajar Ngaji
Bandung, tvOnenews.com - Puluhan anak punk, pengamen, sopir angkot danojek online berkumpul mengikuti Lomba Cerdas Cermat Pemahaman Al-Qur'an Antar Wong Cilik yang berlangsung di Kantor DPD PDIP Jabar, Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Minggu (16/4/2023).
Mereka tampak antusias mengikuti acara tersebut, terutama pada sesi babak rebutan, saat setiap peserta perwakilan wong cilik tadi beradu cepat menekan tombol sebagai pertanda siap menjawab.
Suasana lomba semakin heboh dan meriah saat para suporter dari masing-masing peserta memberikan dukungan. Tentunya dengan yel-yel khas dari setiap kelompok peserta.
Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono menjelaskan, lomba tersebut merupakan cara PDIP Jabar dalam memperingati Nuzulul Qur'an. Para peserta diajak memahami isi kandungan Al-Qur'an sebagai kitab umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
"Ini sesuatu yang baru bagi PDIP, kita ingin menghadirkan bahwa wong cilik, orang yang tidak melalui pendidikan agama, yang tidak mengenyam pendidikan pesantren, kita yakin mereka memahami terkait Al-Qur'an," kata Ono kepada wartawan.
Sebagai partai Nasionalis-Soekarnois yang juga menjunjung tinggi nilai-nilai agama, Ono memastikan, PDIP Jabar turut ambil bagian dalam syair Islam. Hal tersebut dibuktikan, baik terkait ibadah yang berhubungan dengan Allah SWT maupun sosial kemasyarakatan.
"Karena ini pun pesan yang disampaikan Bung Karno bahwa orang tidak bisa mengabdi kepada tuhan apabila dia tidak mengabdi kepada sesama manusia, dan tuhan bersemayam di gubug si miskin,"katanya.
Melalui kegiatan tersebut, ia ingin memberi pesan kepada publik untuk tidak melihat seseorang hanya dari penampilan atau jenis pekerjaan. Terbukti, orang yang mungkin selama ini dianggap tak berpendidikan, ternyata mampu menjawab sejumlah pertanyaan seputar isi Al-Qur'an.
“Jangan suka menganggap enteng dan rendah orang hanya dari penampilan. Pesan dari kegiatan ini adalah agama, khususnya Islam, bukan hanya milik ustad, kiai, atau orang berpendidikan tinggi, tapi juga milik wong cilik seperti tukang becak, sopir angkot dan tukang parkir,” katanya. (cpk/aag)