Bisnis udang di Tasikmalaya kembali bergeliat pasca-pandemi Covid-19.
Sumber :
  • Denden Ahdani

Bisnis Udang di Tasikmalaya Kembali Menggeliat Pascapandemi, Panen Naik 3 Kali Lipat Manfaatkan Teknologi

Rabu, 3 Agustus 2022 - 10:59 WIB

Tasikmalaya, Jawa Barat - Setelah beberapa tahun terpuruk imbas pandemi Covid-19, kini sejumlah pebisnis tambak udang di pesisir pantai selatan Kabupaten Tasikmalaya kembali menggeliat. Hasil panen mereka kembali melimpah, karena selain kondisi pasar sudah bagus, juga memanfaatkan teknologi dari kriteria kualitas air di wilayah pesisir pantai. Namun, mereka juga terkendala oleh naiknya tarif dasar listrik dan naiknya harga pakan. 

Seperti yang dialami oleh seorang petambak udang di Desa Ciheras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Muhammad Wildan Rahmat. Dalam sekali panen, kolam tambak udang seluas 4 ribu meter persegi yang dikelolanya bisa menghasilkan 4 ribu kilogram atau 4 ton. Hasilnya langsung dipasarkan ke Jakarta melalui bandar atau pengepul. 

"Alhamdulillah panen hari ini sesuai dengan ekpektasi, dari empat kolam budidaya hari semuanya akan dipanen. Ini untuk hasil udangnya sendiri dijual ke bandar, untuk dikirim ke Jakarta," kata Muhammad Wildan, Rabu (3/8/2022).

Wildan mengaku, dari mulai pandemi beberapa tahun lalu ia terus bertahan dengan keterpurukan. Di wilayahnya sendiri, hampir 80 persen petambak tak bisa kembali melakukan budidaya karena memerlukan modal yang besar. Maka dari itu, ia sangat membutuhkan perhatian dari Pemerintah untuk meningkatkan pengasilan dari tambak udang.

"Dari siklus-siklus sebelumnya itu sangat berat ya. Untuk wilayah di sini, hampir 80 persen tak bisa menanam lagi karena dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Di sinilah yang kami harapkan, sumbangsih dari Pemerintah untuk meningkatkan penghasilan serta keberhasilan dari tambak. Pasalnya, dari pandemi kemarin banyak yang gagal, banyak yang gak bisa nanam lagi. Alhamdulillah mungkin kita salah satu di antara yang bisa bertahan," ucap Wildan.

Untuk bertahan dalam bisnis tambak udang, kata Wildan, selama ini terdapat banyak kendala. Di antaranya, dari segi pengolahan air dan yang paling menyulitkan para petambak adalah naiknya tarif dasar listrik. Selain itu, harga pakan dari seluruh brand yang terus naik sebanyak 30 persen dari harga asal, juga menjadi alasan petambak untuk tetap bertahan.

"Untuk teknis sendiri kendalanya dari pengolahan air, ternyata pengolahan air itu penting udah seperti hal wajib. Kendala lain adalah, tarif dasar listrik yang naik, kemudian harga pakan yang sekarang tidak terkontrol. Rata-rata pakan dari semua brand naik sebanyak 30 persen. Sementara kita untuk mengejar keuntungan itu dari total biaya operasional terjadi pembengkakan, sementara harga sedang tidak stabil," ujar Wildan.
 
Sementara itu, pembimbing teknis pengelolaan tambak udang dari segi teknologi, Paian Tampubolon mengatakan, beberapa tahun terakhir para petambak udang banyak yang gulung tikar. Termasuk tambak udang di Tasikmalaya, dari empat siklus panen terakhir belum membuahkan hasil yang maksimal. Namun, setelah adanya teknologi memanfaatkan kriteria air di daerah pesisir pantai dan diaplikasikan, ternyata hasilnya cukup baik.

"Dari empat siklus kemarin belum memberikan hasil yang baik. Tapi, setelah adanya teknologi bagaimana kita mengamati, bagaimana kita bisa mengetahui kriteria kualitas air di daerah ini, kita mempelajari dan diaplikasikan, ternyata sampai sekarang lulus," kata Paian Tampubolon.

Ia berharap, dengan semakin menggeliatnya bisnis tambak udang di Pesisir Pantai Selatan Tasikmalaya ini, para pegiat budidaya udang bisa mendapatkan nilai pendapatan untuk kehidupan sehari-hari.

"Kita berharap dengan adanya tambak ini, teman - teman penggiat budidaya yang ada di sekitar sini, bisa hidup kembali. Sehingga, bisa mendapatkan suatu nilai pendapatan untuk kehidupan sehari-hari," ucapnya.

Pascapandemi saat ini, kata Paian Tampubolon, peningkatan omzet hasil panen tambak udang di Tasikmalaya bisa mencapai 200 hingga 300 persen dari siklus sebelumnya. Peningkatan itu terbilang signifikan, lantaran teknologi yang dipelajari bisa diaplikasikan sesuai harapan.

"Peningkatan ini kalau dipersentasekan bisa mencapai 200 sampai 300 persen dari periode sebelumnya. Ini sangat signifikan sekali karena kita sudah mendapatkan karakter air di tempat ini, sehingga kita mendapatkan teknologi. Teknologi yang kita dapatkan, itu kita gunakan untuk mengangkat produksi bagi tambak yang selama ini mangkrak atau tidak produktifitas," pungkasnya. (dai/act)
 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
03:16
05:48
13:01
07:14
01:12
01:05
Viral