- Tim tvOne - Galih Manunggal
Kemarau Panjang, Warga Lereng Gunung Muria Gelar Doa Meminta Hujan dalam Tradisi Guyang Cekathak
Kudus, tvOnenews.com - Ratusan warga Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menggelar tradisi Guyang Cekathak, yakni tradisi mencuci pelana kuda peninggalan Sunan Muria, Jumat (15/9/2023).
Dalam tradisi yang digelar di lokasi sumber mata air Sendang Rejoso tersebut warga juga mengadakan selamatan sebagai wujud pelestarian sumber air sekaligus berdoa bersama kepada tuhan agar segera didatangkan hujan disaat kemarau panjang yang tengah melanda.
Prosesi acara Guyang Cekathak diawali dari area makam Sunan Muria. Ratusan warga sambil melantunkan sholawat berjalan kaki menuju ke sendang Rejoso yang jaraknya sekitar 500 meter dari komplek Makam Sunan Muria.
Diantara peserta, salah seorang juru kunci Makam Sunan Muria membawa pelana kuda peninggalan sunan muria yang berusia ratusan tahun untuk dicuci di sendang tersebut, dimana terdapat mata air dari lereng gunung Muria yang terus mengalir meskipun kemarau panjang melanda.
Sesampainya di lokasi sendang, ratusan warga kemudian menggelar tradisi selamatan dengan membersihkan lingkungan sekitar sendang dan selanjutnya makan bersama. Warga kemudian berdoa bersama dipimpin oleh tokoh desa setempat.
Warga bersyukur atas anugerah Tuhan dengan adanya mata air di sendang Rejoso yang hingga kini mampu menjadi sumber mata air andalan warga Desa Colo, meski debitnya berkurang akibat kemarau panjang saat ini. Selain itu, warga juga berdoa kepada Tuhan agar segera didatangkan hujan.
“Tradisi Guyang Cekathak rutin digelar setiap tahunnya sebagai doa keselamatan serta rasa syukur kepada Tuhan, sekaligus sebagai wujud upaya pelestarian mata air sendang Rejoso yang sumber airnya menjadi andalan warga setempat untuk kebutuhan sehari hari." jelas Mastur, Ketua Dewan pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria saat ditemui di lokasi.
"Warga juga berdoa kepada tuhan dengan harapan hujan akan segera datang di musim kemarau ini. Cekathak adalah pelana kuda peninggalan milik Sunan Muria” lanjutnya.
Sementara, warga mengaku antusias ikut serta dalam tradisi tersebut. Selain berdoa bersama untuk keselamatan warga Colo, acara makan bersama juga sangat dinantikan karena bisa menyantap nasi berkat dengan aneka menu masakan yang menggugah selera.
Diantaranya nasi ingkung, gulai daging, ayam bakar, dan masih banyak menu lezat lainnya. Sementara untuk minumannya disediakan es dawet cendol.
Selain warga setempat dan pengurus yayasan makam Sunan Muria, para pelaku usaha di sekitar komplek makam Sunan Muria juga ikut membaur menikmati menu yang ada. Seperti para tukang ojek muria, para pedagang oleh-oleh di komplek wisata ziarah, serta para peziarah dari luar kota yang kebetulan melintas di lokasi.
“Setiap tahun selalu ikut tradisi Guyang Cekathak ini, ya ikut doa bersama semoga diberi keselamatan serta segera diberi hujan saat kemarau ini,” ungkap Kasban, warga Tergo.
Di penghujung acara, warga juga beramai-ramai memercikan air sendang dan sisa air dawet cendol dengan harapan hujan segera datang. (gml/buz)