- Tim tvOne - Agus Saptono
Penemuan Kasus TBC di Boyolali Terus Meningkat
Boyolali, tvOnenews.com – Penemuan kasus TBC di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah terus meningkat.
Selama tahun 2022 ditemukan sebanyak 845 kasus dan pada tahun 2023 sampai dengan tanggal 25 September ditemukan sebanyak 799 kasus yang tersebar di 22 kecamatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Puji Hastuti mengatakan TBC tidak bisa ditanggulangi sendirian, namun harus bekerjasama dengan jejaring baik itu swasta, negeri, dokter, klinik, rumah sakit, dan sebagainya.
"Dari awal kita penemuan kasus dan sampai sekarang temuannya terus meningkat. Katanya saat membuka Acara Pertemuan Komunitas dan Pemangku Kepentingan Jejaring DPPM untuk Optimalisasi pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM) Terkait Layanan TBC di Boyolali yang diselenggarakan selama dua hari Selasa dan Rabu, (26 dan 27 September 2023).
Puji mengatakan, masyarakat tidak perlu takut terkait banyaknya temuan kasus TBC. Sebab, semakin banyak kasus maka akan lebih mudah dalam penanganannya.
"Menemukan kasusnya itu lebih awal, otomatis kita penanganannya kan lebih baik, nah potensi untuk menularkan kepada yang lain kan akan berkurang. Kita keinginannya, temukan lalu obati sampai sembuh, seperti mottonya TBC," ujarnya
Acara yang diadakan oleh sub-sub Recipient (SSR) Komunitas TBC bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ini, dihadiri pegawai di lingkungan Pemerintahan Daerah (Pemda) Boyolali dan pihak rumah sakit baik negeri maupun swasta.
Diky Kurniawan, Penyintas TBC yang juga Staf Program SSR Komunitas TBC, menjelaskan kegiatan tersebut untuk mendorong pemerintah terkait standar pelayanan minimal terhadap layanan TBC di Boyolali.
"Jadi makanya yang kita undang adalah dari rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta serta puskesmas serta yang mempunyai peran dalam mengambil kebijakan seperti dinas kesehatan juga keterlibatan dari instansi yang lain," ujarnya.
Selama penelitian di Boyolali, Diky mengatakan, keterlibatan komunitas adalah penjangkauan terkait pasien yang tidak mau kembali untuk pengobatan. Pada tahun 2022 jumlahnya 63 pasien. Namun setelah dilakukan pendampingan dan penjangkauan, kasus turun menjadi 9 pasien per September 2023.
"Salah satu peran komunitas yakni mengajak pasien untuk kembali ke pengobatan. Kami berharap bahwa pasien itu bisa kembali sembuh itu satu, yang kedua pasien yang tidak mau berobat tumbuh rasanya untuk kembali berobat dan juga semakin paham masyarakat terkait TBC akan memudahkan tugas kita komunitas dan juga pemerintah untuk ayo berperan bersama-sama," ujarnya. (Ags/Dan)