- Abdul Rohim-tvOne
Hari Disabilitas Internasional: Latih Percaya Diri, Seorang Model di Pati Ajari Modeling dan Public Speaking Anak-Anak Tunarungu
Pati, tvOnenews.com - Berbagai cara dilakukan untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional.
Di Pati, Jawa Tengah, seorang wanita mantan model mendedikasikan waktunya untuk mengajari anak-anak penderita tunarungu.
Anak-anak disabilitas ini diajari modeling dan public speaking. Tujuannya agar anak-anak tunarungu menjadi lebih percaya diri.
Di Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember ada sosok wanita yang mau menyisihkan waktunya untuk anak-anak penyandang disabilitas.
Wanita tersebut adalah Pujisih Rekno Anjangsari atau dikenal akrab dengan sebutan Kak Rey.
Dia merupakan warga Desa Trangkil, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati pemilik sekolah modeling dan public speaking D'Star Production.
Hari Disabilitas Internasional: Seorang model di Pati ajari modeling dan public speaking anak-anak tunarungu. Dok: Abdul Rohim-tvOne
Pujisih mendedikasikan dirinya membantu anak-anak tunarungu untuk berlatih modeling dan public speaking.
Pujisih melatih anak-anak tersebut di Gedung Juang Pati empat kali dalam sepekan, yaitu hari Rabu, Jumat, Sabtu dan Minggu.
“Berawal dari tahun 2021 ada salah satu rekan saya mengatakan di desa saya ada satu komunitas anak-anak berkebutuhan khusus mungkin saya bersedia menjadi salah satu volunteer yang membagikan ilmu saya untuk mereka punya soft skill,” ujar Pujisih, Minggu (3/12/2023).
“Kemudian saya coba untuk datang ke komunitas itu. Awalnya mereka semua itu banyak yang autis, tapi masih banyak yang bisa komunikasi. Mereka ikut tapi di sini saya memutuskan untuk yang tidak fokus saya butuh effort yang lebih, butuh konsentrasi yang lebih tapi hasilnya tidak akan maksimal,” lanjut dia.
Mereka menggunakan bahasa isyarat yang ekspresif dan penuh semangat. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus ini diajari modeling dan komunikasi agar lebih percaya diri di hadapan orang banyak.
Total ada sekitar 15 anak penderita tunarungu mengikuti kelas modeling dan public speaking. Mereka dari usia 7 tahun hingga 20 tahun.
“Akhirnya saya memutuskan saya harus memilih beberapa anak sebagai cikal bakal yang nantinya akan saya gembleng sebagai leader atau role model bagi rekan-rekannya. Supaya nanti rekan-rekannya ini juga mulai bisa belajar. Kemudian saya ambil beberapa anak, saya bawa, saya latih di Gedung Juang ini,” ucapnya.
Khusus hari Minggu, anak tunarungu dilatih untuk mengeluarkan suara. Kak Rey mengungkapkan jika anak tunarungu ini membutuhkan penanganan khusus. Sebab, mereka tidak mempunyai keseimbangan karena kurang mendengar.
Menurut Kak Rey, otak kanan dan kiri penderita tunarungu tidak seimbang. Oleh karena itu, mereka diajari dengan teknik catwalk untuk menyeimbangkan tubuh anak. Kak Rey juga mengajari mereka public speaking.
Tujuannya adalah agar anak tunarungu tidak minder atau rendah diri dengan orang lain.
“Tujuan kami mereka belajar komunikasi. Mereka bisa beradaptasi dengan lingkungannya yang mereka tidak pernah temui sebelumnya, yaitu lingkungan orang umum,” ungkap dia.
Pujisih berharap dengan dilatih modeling dan public speaking bisa membuat anak-anak disabilitas tunarungu menjadi lebih percaya diri dan tidak rendah diri sehingga bisa bersosialisasi dengan anak-anak atau orang yang normal.
“Bagaimana mereka bisa mengontrol emosi, menyelesaikan masalah berkomunikasi. Itu adalah hal-hal dasar yang ingin saya tanamkan ke mereka. Karena itu pondasi mereka untuk bisa terjun di kehidupan masyarakat,” pungkasnya. (arm/nsi)