Perang air pada Tradisi Gebyuran di Kampung Bustaman Semarang..
Sumber :
  • Tim tvOne - Teguh Joko Sutrisno

Tradisi Gebyuran Perang Air, Cara Warga Kampung Bustaman Semarang Sambut Ramadhan

Sabtu, 9 Maret 2024 - 12:22 WIB

Semarang, tvOnenews.com - Bagi masyarakat di Jawa Tengah, padusan atau mandi di sumber air alami sudah menjadi tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Ini adalah simbol bersih-bersih agar begitu memasuki bulan Ramadhan, umat muslim yang akan berpuasa sudah bersih badannya dan juga bersih hatinya

Tapi tradisi ini dikemas berbeda di Kampung Bustaman Kota Semarang. Karena tak ada mata air seperti di desa, maka membuat tradisi unik dengan nama gebyuran.

Mereka mandi dengan saling gebyur atau saling siram antar warga. Serunya, ada juga perang air untuk saling membasahi.

Tiap warga sudah menyiapkan puluhan plastik berisi air. Nah bungkusan inilah yang dipakai untuk perang air.

Foto: Anak-anak mencorang-coreng wajah dengan bedak beras sebelum perang air dalam acara Gebyuran Kampung Bustaman Semarang. (Teguh Joko) 

Tradisi gebyuran pada jelang Ramadhan tahun 2024 di Kampung Bustaman ini, digelar selama beberapa hari, yang diisi dengan berbagai acara pentas seni budaya. Dan puncaknya pada dua hari menjelang Ramadhan yaitu gebyuran dan perang air.

Pada puncak acara tersebut seluruh warga berkumpul di gang kecil. Ada beberapa kelompok yang masing-masing menempat ujung gang. Mereka mencorang-coreng wajah dengan bedak dari tepung beras dicampur kencur atau bedak adem. Lalu diberi warna warni.

Menurut tokoh pemuda Kampung Bustaman, coreng wajah ini merupakan simbol bahwa manusia itu kotor karena kadang berbuat salah sengaja maupun tak sengaja. Maka sebelum masuk bulan suci Ramadhan harus bersih-bersih dengan cara gebyuran.

"Sebagai anak muda di sini, kami meneruskan tradisi ini yang sejak dulu sudah dijalankan para sesepuh agama Kampung Bustaman, agar bersih - bersih sebelum masuknya bulan Ramadhan," jelas Rizal Pelok, tokoh pemuda Kampung Bustaman kepada Viva, Sabtu (9/3/24).

Ia menceritakan, tradisi gebyuran sudah berlangsung ratusan tahun. Dulu digelar dengan cara gebyuran biasa di dekat mushola dan di rumah masing-masing. Kemudian sekarang dikemas dengan ramai sebagai simbol kegembiraan dalam menyambut bulan puasa yang sangat ditunggu-tunggu umat muslim.

Kegembiraan itu benar-benar terasa di Kampung Bustaman saat perang air. Warga terutama anak-anak dan remaja saling lempar air dalam plastik hingga basah kuyup. Mereka yang berusaha sembunyi, diburu hinggga benar-benar merasakan basah-basahan.

Setelah perang air tuntas, maka warga pun melanjutkan gebyuran dengan mandi di mushola maupun di rumah masing-masing.

Mereka kemudian berkumpul di gang dan melanjutkan acara dengan makan bersama dengan lauk gule kambing yang merupakan kuliner khas Kampung Bustaman. (tjs/buz)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:10
01:29
03:46
02:20
01:37
02:13
Viral