- Tim tvOne - Wahyu Kurniawan
Melihat Mantan Anak Jalanan Mengisi Bulan Ramadhan dengan Tadarus Al-Qur’an
Kebumen, tvOnenews.com - Ketika kita mendengar predikat mantan preman dan anak jalanan, yang terlintas pasti selalu kegiatan yang negatif.
Tapi itu berbeda saat kita jumpai di Pondok Pesantren Al Hasani, Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Puluhan anak jalanan atau mantan preman yang tergabung di Forum Anak Jalanan Insyaf, Mengaji (Fajim) ini mengisi waktu di Bulan Ramadhan dengan tadarus Al-Qur'an.
Untuk belajar mengaji dan belajar agama tak pernah dibatasi oleh usia dan status sosial.
Alasan itulah yang membuat pimpinan pengasuh Pondok Pesantren Al Hasani Gus Asyhary Muhammad Alhasani, hampir setiap sore jelang waktu berbuka puasa memberikan bekal ilmu agama membaca Al-Qur'an.
Satu per satu para mantan preman dan anak jalanan ini pun dengan khidmat membaca Al-Qur'an.
"Saya ingin memberikan kesempatan kepada mereka yang pernah memiliki masa lalu kelam agar lebih mendekatkan diri kepada agama serta memperoleh pahala dan berkah di bulan suci Ramadhan. Harapannya, mereka dapat merasakan manfaat spiritual dan memperoleh pembelajaran yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari," terang Gus Harry di sela kegiatan tadarus Alquran, Kamis (14/3/2024).
Gus Asyhary Muhammad Alhasani selaku pengasuh Santri Fajim menjelaskan, para mantan preman dan mantan anak jalanan ini memiliki masa lalu kelam yang berbeda-beda.
Bahkan sebagian dari mereka merupakan para mantan narapidana kasus narkoba, pencuri, copet dan bahkan ada yang pernah di vonis karena membunuh.
"Mereka adalah teman-teman yang pernah terjerumus ke dunia kriminal. Ada yang terpidana karena kasus narkoba, pencuri, copet dan bahkan pembunuh. Kami berikan bekal agama dan keterampilan di pondok ini untuk bekal mereka kembali ke tengah masyarakat," ungkapnya.
Ada yang menarik saat kegiatan tadarus Alquran dimulai. Tadarus dilakukan di tempat terpisah dengan santri umum lainnya, yaitu di sebuah gubuk bambu berukuran 6x6 meter, namun masih dalam satu komplek dengan ponpes.
Sebelum memulai tadarus Al-Qur'an mereka terlebih dulu berwudlu. Layaknya seorang santri mereka juga mencium tangan Gus Harry selaku pengasuh mereka. Kegiatan tadarus Al-Qur'an pun dimulai. Satu per satu mengaji membaca Al-Qur'an dengan disimak langsung oleh pengasuh.
Dengan tadarus Al-Qur'an ini diharapkan bisa menjadi inspirasi, bahwa seseorang yang sebelumnya di cap berperilaku buruk dapat berubah dan bisa lebih mendekatkan diri pada Allah.
Ini juga sekaligus untuk melatih mereka agar istiqomah menjalankan ibadah puasa dan merasakan manfaat spiritual untuk kehidupan sehari-hari.
"Kebersamaan dalam tadarus Al-Qur'an juga dapat menjadi ajang untuk mempererat hubungan antara sesama umat muslim. Semoga dapat memberikan motivasi dan semangat bagi banyak orang untuk terus meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Allah, terutama di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini," kata Gus Harry.
Di sisi lain, Gus Harry mengatakan, Ponpes Alhasani merupakan pondok pesantren yang bukan hanya memberikan tempat kepada santri umum yang ingin belajar mengaji ilmu agama. Namun, juga memberikan ruang kepada para preman yang ingin insyaf kembali ke jalan yang benar.
Para preman yang telah insyaf akan diberikan bimbingan, baik ilmu agama maupun wirausaha. Salah satunya dengan membuat sablon baju dan jas hujan.
Harapannya para santri khususnya yang berlatar belakang anak jalanan itu nantinya bisa lebih semangat belajar ilmu agama dan memiliki keterampilan berusaha.
"Selain ilmu agama, di sini mereka juga kita arahkan untuk bagaimana bisa bekerja mencari rezeki yang halal. Salah satunya dengan usaha membuat sablon baju dan jas hujan. Semua ini kita lakukan semata-mata agar mereka bisa kembali ke jalan yang benar dan bisa bermanfaat bagi dirinya," pungkasnya.
Sementara itu, salah satu mantan anak jalanan Sugirin (40) mengatakan telah banyak perubahan dalam hidupnya selama belajar menimba ilmu agama di Ponpes Alhasani. Sebelumnya, ia mengaku sering terlibat dalam kegiatan negatif, hidupnya dihabiskan di jalanan.
Namun, dengan tekad dan kegigihan, ia kini lebih memilih untuk mendekatkan diri pada agama serta meningkatkan ibadahnya, utamanya di Bulan Ramadhan ini.
"Alhamdulilah selama belajar di sini, saya banyak menemukan kedamaian, terutama dengan tadarus Al-Qur'an. Hati saya menjadi tenang, dan Alhamdulilah sudah bisa meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dulu terkadang membuat resah warga," ucapnya.
Sugirin menuturkan setelah mengenal agama, di bawah bimbingan pengasuh pondok, hidupnya menjadi lebih baik dan nyaman. Ini karena, sebelumnya hampir sama sekali belum pernah belajar agama apa lagi baca Al-Qur'an.
"Saat saya masih dijalanan, jangankan tadarus Al-Qur'an, puasa pun hampir tidak pernah sama sekali," tandasnya.
Kini, Sugirin dan puluhan santri Fajim Pondok Al Hasani mengajak ke semua pihak yang bernasib sama dengan mereka untuk dapat bergabung demi dapat belajar agama sebagai bekal hidup dunia dan akherat. (wkn/dan)