- Tim tvOne - Syamsul Arifin
Cuaca Ekstrem, Nelayan di Wedung Demak Tidak Berani Melaut
Demak, Jawa Tengah - Cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah perairan laut Jawa dalam sebulan terakhir ini, memaksa para nelayan di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak tidak berani melaut. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, para nelayan beralih pekerjaan serabutan.
Suyanto (60), nelayan asal Desa Mandung, Kecamatan Wedung, Demak kini berjualan makanan gorengan keliling kampung.
“Sejak terjadinya gelombang tinggi di laut pantai utara jawa sebulan terakhir, saya tidak berani melaut, sehingga untuk sementara waktu saya beralih profesi sebagai pedagang gorengan”, kata Suyanto, Senin (7/2/2022).
Suyanto mengaku dengan berjualan gorengan keliling kampung, bisa menjadi mata pencaharian baru, setelah kini tidak melaut, akibat cuaca ektrem di laut Jawa.
“Dari menjajakan makanan dan jajanan, setiap harinya saya minimal memperoleh untung lima puluh ribu rupiah. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, saya bisa mencicil utang,” kata Suyanto.
Sementara seorang nelayan lainnya, Syafi’i (50) menuturkan, sejak terjadi gelombang tinggi, banyak nelayan yang memilih menganggur, Gelombang setinggi tiga hingga empat meter bisa mengancam jiwa nelayan jika nekat pergi melaut.
“Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, banyak nelayan termasuk saya memilih menjual atau menggadaikan barang-barang yang di miliki,” ungkap Syafi’i.
Menurut para nelayan, sejak terjadi musim paceklik, kehidupan para nelayan semakin tidak menentu. Untuk mengatasi musim paceklik seperti saat ini yang akan terus terulang setiap tahun, para nelayan berharap adanya koperasi untuk para nelayan.
“Kami berharap ada koperasi yang bisa membantu kebutuhan dan simpan pinjam bagi para nelayan. Dengan adanya koperasi, para nelayan juga tidak lagi dipermainkan para tengkulak saat membeli hasil tangkapan di laut nelayan”, kata Syafi’i.
Dari pantauan tvonenewsc.com, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Wedung, kini dalam kondisi sepi. Tidak ada aktifitas jual beli ikan tangkapan nelayan. Para nelayan memilih menyandarkan kapalnya di pinggir sungai. Untuk mengisi aktivitas di sela-sela menganggur tersebut, para nelayan memperbaiki perahu maupun alat tangkap mereka yang rusak. (Syamsul Arifin/Buz)