- Tim tvOne - Galih Manunggal
Minyak Goreng Curah Mahal, Produsen Kerupuk Terancam Merugi
Kudus, Jawa Tengah - Dampak tingginya harga minyak goreng curah juga dirasakan para produsen kerupuk di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mereka mengaku mengalami penurunan omset karena selama sepekan terakhir tidak produksi.
Seperti yang dialami Suyanto, produsen kerupuk di Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo, Kudus, yang terpaksa menghentikan produksinya lantaran seminggu terakhir ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng curah di pasaran.
Menurut Suyanto, sejak merintis usahanya pada tahun 2006 silam, baru tahun ini dirinya mengalami kesulitan mendapatkan minyak goreng. Padahal minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok untuk industri rumahan miliknya agar bisa berproduksi dan mendapatkan keuntungan.
Bahkan akibat langka dan mahalnya minyak goreng curah di Kudus, dirinya tidak bisa menggoreng kerupuknya selama satu minggu belakangan. Kondisi tersebut membuat usahanya terancam merugi.
Suyanto mengaku, meski akhirnya bisa mendapat minyak goreng curah, namun harganya terbilang tinggi yakni Rp 19.000 per kilo dari sebelumnya hanya Rp 14.000 per kilo. Kondisi tersebut diperparah dengan sulitnya mendapatkan minyak goreng curah di pasaran.
“Sekarang mencari minyak goreng susah, kalaupun ada stok minyak goreng curah di pasar yang didapat belum bisa menutup kebutuhan produksi penggorengan kerupuk di sini. Karena pembeliannya hanya dibatasi 40 kilogram saja sedangkan kebutuhannya per hari mencapai 50 kilogram lebih per hari,” ujarnya.
Sementara Sri Rahayu, pedagang kerupuk keliling mengatakan, langkanya minyak goreng curah di Kudus berdampak pula pada penjualannya yang semakin menurun. Hal ini diakibatkan lantaran minimnya produksi krupuk di tingkat produsen. Alhasil, ia pun libur berjualan selama seminggu lebih.
“Kalau yang bikin kerupuk tidak menggoreng, terpaksa berhenti berjualan kerupuk dulu. Sudah seminggu ini tidak berjualan karena tidak bisa ambil kerupuk di sini,” katanya.
Untuk menyiasati agar tetap bisa bertahan memproduksi kerupuk, Suyanto terpaksa menaikkan harga jual per bal kerupuk menjadi Rp 80.000 dari sebelumnya Rp 70.000 per bal. Hanya saja, meski harganya dinaikkan, ia mengaku belum bisa menutup keuntungan yang semestinya didapat seperti biasanya. (Galih Manunggal/dan)