Masjid Jami Pekojan Semarang sudah berdiri selama lebih dari dua abad..
Sumber :
  • Tim tvOne - Teguh Joko Sutrisno

Mengenal Masjid Pekojan Semarang, Peninggalan Bangsa Gujarat di Abad ke-17

Sabtu, 16 April 2022 - 20:53 WIB

Semarang, Jawa Tengah - Bangsa Arab dan Gujarat India dikenal sebagai penyebar agama Islam di seluruh penjuru dunia, termasuk Nusantara. Mereka membangun masjid-masjid di sekitar tempat tinggal dan tempat berniaga. Salah satunya adalah Masjid Jami Pekojan di Kota Semarang.

Masjid tersebut berada di Kampung Pekojan, tempat bermukim orang Koja yang merupakan keturunan bangsa Gujarat. Selain itu, lokasinya yang berada di pusat perdagangan membuat jamaah Masjid Pekojan kala itu berasal dari berbagai etnis, yaitu Arab, Koja, Tionghoa, Jawa, dan Sumatera.

Menurut takmir masjid, awalnya, tempat ibadah ini hanya sebuah bangunan kecil atau mushola dari kayu berukuran 4 x 4 meter. Sisa dari bangunan tersebut masih bisa dilihat saat ini dalam bentuk empat buah tiang. 

"Seratus tahun kemudian, mushola dipugar menjadi masjid agak besar pada tahun 1878. Itu ada prasastinya yang ditempel sebelah pintu masuk," jelas salah satu pengurus  Masjid Pekojan.

Pada perjalanannya, Masjid Pekojan kental dengan akulturasi budaya. Hal ini mengingat lokasi masjid yang berada di tengah kawasan perdagangan seperti Pasar Johar, pecinan, Jurnatan, dan daerah jalan Mataram.

Arsitektur Masjid Pekojan sangat khas. Bentuk bangunannya bergaya Gujarat, begitu pula dengan ornamen-ornamen seperti jendela, ventilasi, dan mimbar khotbah. Namun, sebagian ornamen menggunakan gaya Jawa, terutama pada ukiran-ukirannya.

Meski dibuat oleh orang Gujarat, di masjid ini, terdapat pula kentongan dan bedug, dua alat penanda waktu sholat yang menjadi ciri khas di masjid Jawa.

"Ya memang bedug dan kentongan ini kebanyakan digunakan masjid-masjid Jawa. Begitu juga Masjid Pekojan. Meski dibuat oleh orang Gujarat, tapi karena pengaruh kebiasaan atau budaya di Jawa, maka kentongan terus dipakai sebagai penanda masuknya waktu sholat di sini," kata Pak Ahmad petugas pemukul bedug dan kentongan.

Kini, masjid ini menjadi tempat beribadah warga sekitar, termasuk warga keturunan Gujarat atau Koja yang menetap secara turun - temurun di Semarang.

Salah satu tradisi selama bulan Ramadhan di masjid ini yang masih terus berlangsung sampai sekarang adalah berbuka puasa dengan bubur khas Gujarat India. Setiap hari, warga antre di teras masjid untuk menyantap bumbu rempah tersebut.(Tjs/Ard)

 

 

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:08
06:10
01:41
03:04
02:15
03:41
Viral