- Tim tvOne - Galih Manunggal
Kisah Perjuangan Anak Petani dari Pelosok Desa Jadi Lulusan Terbaik IAIN Kudus
Kudus, Jawa Tengah - Endang Susanti gadis asal Desa Sempu, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah tak menyangka namanya dipanggil sebagai wisudawan terbaik dalam wisuda periode ke 31 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus.
Anak kedua dari pasangan Sujiman (51) dan Siti Aminah (50) yang berprofesi sebagai petani di pelosok desa itu berhasil memperoleh predikat cumlaude dengan predikat terbaik dalam program studi pemikiran politik islam IAIN Kudus dengan indeks prestasi komulatif (IPK) 3,89.
Dengan keterbatasan ekonomi yang dialami, semangat kerja keras Santi berhasil membanggakan kedua orang tuanya. Sambutan haru mewarnai setiap langkah Endang Susanti saat bertemu kedua orang tua dan kakak kandungnya dari atas sepeda motor di depan gedung prosesi wisuda.
"Alhamdulillah, senang sekali proses kerja keras belajar aku disambut bapak ibu dan kakak. Ini juga berkat kerja keras kedua orang tua aku dalam mendidik," kata Santi sapaan akrabnya.
Perjuangan untuk menggapai prestasinya pun cukup berat. Sejak kuliah pada tahun 2018 silam, setiap sepekan sekali, Santi harus pulang untuk membantu kedua orang tua di rumah. Pasalnya, kakak kandung bekerja di Yogjakarta.
"Pengen pulang saja bantu orang tua di rumah. Kasihan di rumah berdua saja," jelasnya.
Untuk menghasilkan IPK 3,89 itu tentunya ia lewati dengan penuh perjuangan. Pasalnya, Santi merupakan mahasiswa yang menjalani proses perkuliahan secara daring/online. Kondisi Desa Sempu yang berada di ujung selatan Kabupaten Blora itu tidak didukung dengan akses internet yang bagus. Meski begitu, beragam prestasi nasional dan internasional ia dapatkan. Puncaknya, ia mendapatkan beasiswa dari Bank Indonesia.
"Setiap perkuliahan daring, naik perbukitan dulu. Soalnya di rumah sana itu sulit akses internetnya. Setiap mengerjakan tugas, ada kuliah online, cari sinyal (internet) dulu," ujarnya.
Santi dikenal sebagai gadis yang memiliki kepedulian terhadap kaum perempuan. Itu terbukti dari skripsi yang ia tulis dengan tema "Kepemimpinan Perempuan dengan Fokus Kajian Kepemimpinan Wakil Bupati Blora, Tri Yuli Setyowati". Menjadi lulusan terbaik program studi pemikiran politik Islam, Santi bercita-cita menjadi seorang politikus.
Menurutnya, selama ini untuk membuktikan pendidikan anak seorang petani agar mampu berprestasi sampai saat ini adalah berpegang pada pesan orang tuanya, yang terus menjadi motivasi kepada dirinya.
"Yang selalu saya ingat adalah pesan kedua orang tua yaitu warisan terbaik dari saya (orang tuanya), hanyalah pendidikan. Kamu boleh mengemban pendidikan setinggi mungkin. Tapi saya tidak bisa berikan harta, karena warisan harta akan habis, tetapi warisan pendidikan tidak akan pernah habis," ucapnya tirukan pesan orang tuanya.
Raut muka kebahagian juga terpancar pada kedua orang tua Santi. Berbeda dengan yang lain menggunakan mobil, meski menjemput dengan sepeda motor, kedua orang tua Santi sudah cukup bangga mampu menjemput anaknya usai prosesi wisuda yang digelar sesuai protokol kesehatan (prokes) tanpa menghadirkan orang tua di dalam gedung wisuda.
"Saya bersyukur sekali anak saya bisa lulus. Kita orang tani dengan keterbatasan kami, sebisa mungkin mencukupi anak. Saya sempat merantau untuk mencari tambahan biaya kuliah dan kebutuhan anak. Yang penting kita selalu berdoa yang terbaik untuk anak-anak," ujar Sujiman bangga.
Sementara Wakil Rektor I IAIN Kudus, Supaat, mengapresiasi para wisudawan baik sarjana maupun pasca sarjana yang berhasil menyelesaikan program studi mereka. Sebanyak 1069 berhasil diluluskan, sementara 40 wisuda dari program pasca sarjana. Untuk mahasiswa S1 yang menjadi terbaik terdapat 26 wisuda sesuai dengan masing-masing kejuruan.
"Kami juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa terbaik untuk mendapatkan beasiswa. Jika nanti lulusan IAIN terbaik ini melanjutkan ke jenjang S2 di sini lagi," pungkasnya. (gml/dan)