- Galih Manunggal
Mantan Narapidana Terorisme Abu Tholut Kini Sadar, Ajak Kelompok Radikal Bertobat
Kudus, Jawa Tengah - Mantan narapidana terorisme (napiter) asal Kudus, Abu Tholut, angkat suara soal kondisi radikalisme saat ini. Ia pun mengajak kelompok-kelompok radikal yang masih ada saat ini untuk segera tobat.
”Ideologi radikalisme saat ini pun sudah sulit lagi untuk berkembang. Hendaknya bertaubatlah dari paham-paham (radikalisme) yang seperti itu,” katanya, baru-baru ini di Kudus.
Hal tersebut disampaikan Abu Tholut saat bertemu dengan awak media. Dalam kesempatan tersebut, mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah memberi penjelasan kepada awak media terkait kondisi radikalisme yang ada kini.
Ia menilai paham radikalisme di Indonesia saat ini sudah menurun drastis, ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Sejumlah paham radikalisme yang ada sekarang pun sudah sulit lagi untuk berkembang dan memengaruhi masyarakat dengan pemahaman yang menyimpang.
”Radikalisme pandangan saya saat ini sudah berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya. Sudah banyak menurun. Terlihat seperti ISIS saat ini sudah tidak mencolok,” ujarnya.
Penurunan penyebaran paham radikalisme tersebut, sambung dia, tidak terlepas dari masyarakat yang kini tidak mudah dipengaruhi dengan pemahaman baru yang masuk. Kemudian kontribusi tokoh agama dan para penegak hukum di Indonesia yang turut menjadi benteng pemahaman radikal yang berupaya masuk.
”Karena radikalisme itu pemikiran yang mengatasnamakan agama. Kerja keras dan kontribusi tokoh agama (mencegah radikalisme) seperti kiai, ustaz harus kita hargai. Kontribusi kerja para penegak hukum juga berpengaruh,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat di Indonesia untuk tetap berhati-hati dengan ancaman penyebaran paham radikalisme yang saat ini bukan hanya disebarkan melalui dunia nyata saja. Melainkan, dunia maya juga menjadi sasaran. Dari berbagai isu yang beredar, sambung dia, bisa juga ditunggangi dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama melawan sebaran berita bohong atau hoaks. Informasi-informasi hoaks di era sekarang sudah begitu meresahkan, bahkan membahayakan kebhinekaan bangsa.
Untuk menetralisasi informasi menyesatkan di berbagai media sosial itu. Peranan pers sangat dibutuhkan untuk menetralisasi informasi hoaks yang setiap hari membanjiri laman-laman media sosial. Masyarakat kita harus dicerdaskan, jangan sampai diadu domba.
”Jangan sampai masyarakat terpengaruh pandangan yang sifatnya memanfaatkan kasus yang ada untuk urusan yang lebih mudharat seperti perpecahan bangsa dan sebagainya,” pungkasnya.
Abu Tholut yang juga dikenal dengan nama Mustofa, Imron, dan Herman ini pernah menjadi sosok sentral dalam berbagai aksi teror di Tanah Air.
Dia pernah mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang sejak 2004, kemudian pada 2007 dia bebas bersyarat. Setelah itu dia kembali ditangkap pada 2010 di rumahnya di Bae, Kudus. Karenanya dia mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane Semarang dan bebas pada 2015.
Disinggung soal aktivitas kesehariannya saat ini, Abu Tholut mengaku tengah menekuni usaha kuliner selain tetap berdakwah.
"Ya namanya manusia ya cari nafkah lah, ya dakwah ya masih karena namanya ustad ya ngono iku. usahanya sekarang kuliner, ada kebab, dimsum, cireng, ya pokoknya yang enak-enak lah," jawabnya sambil tersenyum lebar. (gml/act)