- Tim tvOne - Abdul Rohim
Olah Pelepah Pisang Jadi Gel Anti Gatal, Siswa MA Salafiyah Pati Raih Medal Bronze di Ajang WISPO
Pati, Jawa Tengah – Dua siswa Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berhasil menemukan obat anti gatal dalam bentuk gel dari bahan pelepah pisang raja.
Temuan yang diberi nama saka banana gel tersebut berhasil mendapatkan medali perunggu dari ajang World Innovative Science Project Olympiad (WISPO) atau ajang lomba penelitian tingkat internasional yang diadakan oleh Indonesian Scientific Society (ISS).
Temuan dua siswa Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati, tersebut berhasil menyisihkan 200 project dari 22 negara.
Berawal dari melihat santri yang sedang mondok di Pondok Pesantren (Ponpes) kerap mengalami sakit gatal-gatal, Ulil Albab dan Asrina Citra Hidayah, siswa Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berhasil menemukan obat gatal dari bahan pelepah batang pisang raja.
Seperti diketahui Kecamatan Margoyoso merupakan basis pondok pesantren di Kabupaten Pati. Di Desa Kajen dan sekitarnya terdapat tujuh puluh Pondok Pesantren. Dari situlah muncul ide mengatasi pemasalahan penyakit gatal yang kerap dialami para santri.
Ulil Albab kemudian berdiskusi dengan teman satu kelasnya yang sama-sama tergabung dalam tim project sains MA Salafiyah Kajen, untuk membuat penelitian gel obat penyakit gatal.
Melihat disekitar rumah dan sekolahannya banyak pelepah batang pisang yang menjadi sampah setelah ditebang, Ulil Albab kemudian muncul ide untuk melakukan penelitian. Setelah dilakukan penelitian ternyata pelepah pisang mengandung saponin, tanin dan flavonoid yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri.
Ulil Albab dan Asrina Citra Hidayah kemudian mencoba membuat formulasi dalam bentuk gel dan bukan dalam bentuk salep. Pasalnya, obat anti gatal dalam bentuk gel dirasa belum ada di pasaran saat ini.
Untuk membuat gel obat gatal berbahan pelepah pisang ini caranya terbilang cukup mudah. Pertama pelepah pisang, dicacah menjadi ukuran kecil-kecil agar mudah ditumbuk untuk dihaluskan. Proses selanjutnya dilakukan ektraksi.
Dari hasil ektraksi kemudian dilakukan proses inkubasi. Setelah itu adalah proses pembuatan gel, dan kemudian dilakukan uji ph, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji aktivitas anti bakteri.
Ulil Albab mengatakan ide pembuatan gel anti gatal tersebut berawal dari temannya yang sedang mondok di ponpes yang ada di daerah Kajen mengalami sakit gatal-gatal. Ulil kemudian berfikir untuk membuat obat gatal dengan memanfaatkan bahan yang ada disekitar lingkungan rumah dan sekolahannya. Akhirnya tercetus ide membuat obat gatal berbahan pelepah pisang.
“Awalnya melihat disekitar Ponpes ada santri maupun santriwati yang mengalami penyakit gatal. Kami kemudian berfikir bagaiman kalau membuat obat gatal. Setelah kami melihat batang pisang raja yang banyak terdapat disekitar rumah terbuang percuma usai ditebang, kami kemudian berinisitaif memanfaatkan dan menelitinya,” ujar Ulil Albab, Kamis (29/12/2022).
“Setelah kami teliti ternyata pelepah batang pisang mengandung saponin, tanin dan flavonoid yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri,” lanjutnya.
Ulil menambahkan, dia bersama Asrina Citra Hidayah melakukan peneltian ini selama dua bulan untuk bisa mendapat formulasi yang tepat.
“Butuh waktu sekitar dua bulan untuk melakukan riset hingga jadi gel obat gatal,” ungkapnya.
Temuan kedua siswa ini diberi nama saka banana gel. Berbagai kendala dihadapi Ulil Albab dan Asrina Citra Hidayah dengan masih minimnya peralatan yang digunakan.
“Kesulitannya adalah saat melakukan ekstraksi menggunakan water bath, kami sudah mencobanya hampir tiga kali,” jelasnya.
Meski mengalami sejumlah kendala, namun semangat Ulil dan Asrina luar biasa sehingga bisa meraih bronze medal dari ajang World Innovative Science Project Olympiad (WISPO) yang digelar Indonesia Scientific Society (ISS), pertengahan Desember kemarin.
Dalam kompetisi riset Sains itu, mereka harus bersaing dengan 200 project dari 22 negara. Dari 22 Negara, enam negara masuk final yakni Indonesia, Khazaktan, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Armenia.
“Alhamdulilah kemarin anak-anak telah mengikuti lomba riset internasional WISPO, ajang WISPO itu memang sangat bergengsi bagi kami karena peserta dari 22 negara,” kata guru pembimbing, Isyarotuz Zakiyyah.
Saka Banana Gel ini, kata Isyarotuz memiliki banyak kelebihan, karena jarang ada obat gatal yang berbentuk gel sehingga lebih adem. Biaya produksinya juga murah sehingga harga jualnya juga murah dan sangat terjangkau oleh para santri yang mondok di ponpes.
“Kelebihannya juga menggunakan pelepah pisang yang sebelumnya tidak memiliki nilai manfaat sekarang bisa bernilai guna. Bahkan dari nilai ekonomisnya, potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Biaya produksinya juga cukup terjangkau sehingga harga jualnya juga murah, sekitar Rp 5 ribu per wadah,” terangnya.
Kepala MA Salafiyah Kajen, Masrukan, mengaku cukup bangga dengan prestasi anak didiknya. Dia mengatakan MA Salafiyah Kajen memang berkomitmen dalam progam akademik maupun pendidikan agamanya.
“Prestasi yang diraih anak didik kami memang dari MA Salafiyah baik di progam akademik maupun non akademik memang dikawal dengan serius. Di progam akademik mengutamakan riset sementara dalam pendidikan agama ada tahfidz dan kitab,” pungkasnya (Arm/Buz).