- wawan sugiarto
Jembatan di Lumajang Ambruk, Kades Desak Normalisasi Sungai Dilanjutkan
Lumajang, tvOnenews.com – Akibat terus menerus diterjang banjir, sebuah jembatan besi di Dusun Biting Satu, Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono Lumajang, akhirnya ambruk pada Jum’at (5/5).
Menurut warga, Nur Khotik, ambruknya jembatan yang memiliki lebar satu meter dan panjang 25 meter yang membentang di atas aliran Sungai Menjangan ini, terjadi pada dini hari sehingga tidak sampai mengakibatkan jatuhnya korban.
“Perkiraan ambruknya sekitar pukul 11 malam. Memang sejak habis isya, debit airnya meningkat, kan di atas hujan lebat sejak siang. Alhamdulillah tidak ada korban,” ujar Nur Khotik kepada tvOnenews.com, Jum’at (5/5).
Khotik menambahkan, ambruknya jembatan ini sudah di khawatirkan sejak lama. Sebab, setiap terjadi hujan lebat di hulu sungai, banjir langganan ini dipastikan terjadi. Kondisi diperparah dengan tergerusnya tebing di bawah pondasi jembatan sisi timur, akibat adanya akar kayu dan rumpun bambu yang tersangkut.
“Sebenarnya kami sudah lama khawatir jembatan ini bakal ambruk. Sebab, di bawah pondasi jembatan sisi timur, setiap terjadi banjir, terus tergerus bahkan tebingnya juga ikut longsor. Puncaknya ya tadi malam ada akar dan rumpun bambu yang nyangkut sehingga jembatan ini ambruk,” imbuhnya.
Akibat ambruknya jembatan ini, lanjut Nur Khotik, menyebabkan aktivitas warga dan petani menjadi terganggu. Saat ini, untuk bisa ke seberang sungai, warga terpaksa harus melalui jalur lain yang lebih jauh.
“Untuk aktivitas otomatis terganggu. Warga dan petani harus melalui jalur lain yang lebih jauh. Harapan kami sih, semoga jembatan ini segera diperbaiki,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Desa Kutorenon Faizal Rizal mengaku, tak hanya berdampak dengan ambruknya jembatan, banjir langganan yang terjadi setiap musim hujan tiba ini juga kerap merendam pemukiman warga di Dusun Krajan 2.
Bahkan dalam sebulan terakhir, banjir luapan Sungai Menjangan telah lima kali merendam ratusan pemukiman warga di Dusun Krajan 2. Penyebabnya, aliran Sungai Menjangan yang mengalami sedimentasi, hingga saat ini belum dilakukan normalisasi.
“Kalau normalisasi Sungai Menjanagn tak segera dilakukan, kami khawatir pemukiman warga akan kembali terendam banjir, kasihan warga kami,” ujarnya.
Faizal menjelaskan bahwa pada akhir tahun 2022, dari total 2,7 kilometer aliran sungai yang dinormalisasi, baru terselesaikan 1,7 kilometer. Namun, memasuki awal tahun 2023 hingga saat ini, proses normalisasi aliran Sungai Menjangan yang tersisa satu kilometer belum juga dilakukan.
“Dulu, dengan alasan akhir tahun, proses normalisasi dihentikan sambil menunggu anggaran awal tahun ini. Tapi kenyataanya hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kapan normalisasi tersebut dilanjutkan. Padahal hanya sisa satu kilometer saja. Mudah-mudahan segera terealisasi,” pungkasnya. (wso/far)