- tvOne - zainal azkhari
Perkuat Ketahanan Pangan, Bank Indonesia Dorong Jatim Jadi Lumbung Pangan
Surabaya, tvOnenews.com – Sebagai negara Agraris Indonesia hingga saat ini masih sulit mencapai terpenuhinya bahan pokok di sektor pertanian yang masih import. Swasembada pangan menjadi hal utama saat ini terus diupayakan untuk diwujudkan.
Namun di sisi lain, adanya swasembada pangan juga menuntut petani-petani lebih optimal dalam meningkatkan produktivitasnya pada jenis-jenis tanaman yang menjadi makanan pokok di negeri ini.
"Berani nggak kita nanam tanaman lain yang mungkin sebenarnya bisa hilirisasinya lebih banyak lagi, 1 pohon bisa yang menghasilkan banyak sekali lapangan kerja, ini kan nggak sesederhana itu?," tanya Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur.
Sementara hilirisasi untuk tanaman padi pasti dalam bentuk beras yang nanti menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia. Emil Dardak menyebut bahwa keberanian untuk menanam jenis tanaman lain yang kemudian diproduksi dalam jumlah besar dan mampu dihilirisasi menjadi berbagai produk menjadi tantangan tersendiri.
Pasalnya hal tersebut pasti akan menimbulkan banyak perspektif ditengah upaya mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Sementara Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan produktivitas padi tertinggi secara nasional.
Prof. Bustanul Arifin (Guru Besar Universitas Lampung), Prof. Hermanto Siregar (Rektor Perbanas Institute), Dr. Sahara S.P., M.Si (Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB), serta Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Muslimin Anwar, hadir sebagai narasumber untuk memberikan pandangan ahli. Lebih lanjut, tampak hadir pula perwakilan diplomatik negara sahabat, Kepala KR4 OJK, Kepala OPD/Instansi Jawa Timur, perbankan, civitas akdemika, serta asosiasi pelaku usaha.
Adapun rekomendasi utama yang diusung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur untuk merespon tantangan tersebut adalah pengembangan end-to-end pada sektor pertanian dari sisi hulu hingga hilir, yang mencakup (1) penguatan produksi, (2) penguatan teknologi pasca panen, (3) akselerasi hilirisasi menuju nilai tambah tinggi, (4) peningkatan ekspor dan substitusi impor, serta (5) mendorong investasi/akses pembiayaan dari hulu hingga hilir sektor pertanian.
Sejalan dengan rekomendasi tersebut, Prof. Hermanto Siregar turut menekankan pentingnya penguatan produksi, khususnya melalui pemanfaatan inovasi teknologi. Sementara dari sisi hilir, Prof Bustanul Arifin memaparkan terkait pentingnya hilirisasi industri dalam penguatan sektor pertanian, antara lain melalui peningkatan produktivitas, teknologi, daya saing agroindustri, keterpaduan hulu-hilir, serta promosi investasi dan perbaikan digitalisasi.
Lebih lanjut, dalam mendukung keterpaduan hulu hingga hilir pada sektor pertanian, Dr Sahara menekankan bahwa perbaikan daya saing argoindustri mampu menjawab tantangan utama sektor pertanian di Jawa Timur.
“Dalam jangka panjang, agroindustri dapat mendorong peningkatan nilai tambah, meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yang kemudian dapat mengurangi tingkat kemiskinan. (zaz/gol)