- aris sutikno
Tak Ada Biaya untuk Berobat, Bola Mata Dimas, Balita di Ponorogo Alami Pembengkakan hingga Nyaris Lepas
Ponorogo, tvOnenews.com – Kisah pilu Muhammad Dimas Al Fahri, balita berusia dua tahun tiba-tiba menjadi perhatian warga Ponorogo, karena bayi laki-laki anak pasangan almarhum Taji dan Sri Wahyuni, warga Desa Kupuk Kecamatan Bungkal, mengalami pembengkakan bola mata sebelah kiri hingga nyaris lepas. Bahkan yang membuat sedih, Dimas mengalami pembengkakan mata setelah ayahnya meninggal usai Hari Raya Idul Fitri kemarin. Sebelum meninggal, Taji, ayah Dimas, menderita sakit darah tinggi hingga akhirnya mengalami kelumpuhan.
Masyarakat banyak yang menaruh iba setelah kisah Dimas ini dibagikan berantai melalui pesan berantai dan media sosial. Terlebih lagi, kini tulang punggung utama keluarga tersebut hanya Sri Wahyuni ibu kandungnya, kini tidak bisa bekerja karena harus mengurus Dimas yang merintih kesakitan karena mengalami bengkak pada mati kirinya.
Setiap hari, Dimas tidak bisa lepas dari gendongan ibunya. Selain menangis, Dimas juga mengeluh kesakitan di mata kirinya. Tidak mengenal lelah, sang ibu tetap setia menemani Dimas dan menggendong agar Dimas tidak merengek kesakitan. Padahal sebelumnya, Sri Wahyuni juga merawat almarhum Taji, suaminya yang terbaring lemas setelah mengalami kelumpuhan karena stroke selama dua tahun.
“Saat lahir dan bahkan sebelum ayahnya meninggal, kondisi Dimas sehat, tidak ada kelainan apapun pada mata Dimas, namun setelah ayahnya meninggal, Dimas sering menangis hingga akhirnya mata Dimas menjadi merah dan bengkak hingga sekarang ini,” kata pamannya, Muhammad Endro.
Kondisi ekonomi keluarga Dimas yang tergolong tidak mampu, membuat ibunya kesulitan untuk membawa Dimas ke dokter. Kondisi ini diperparah dengan keadaan sebelum ayahnya meninggal dunia, tulang punggung utama merupakan ibunya. Karena selama dua tahun ke belakang, ayahnya menderita stroke sehingga hanya bisa berbaring.
Kisah Dimas kini viral dan membuat iba sejumlah masyarakat untuk membantu Dimas.
Dimas langsung dilarikan ke UGD RSUD dr Harjono Ponorogo, dan dibuatkan kartu BPJS, namun lagi-lagi keluarga miskin ini juga terhalang masa aktif kartu, dan terpaksa warga iuran untuk membantu membayar biaya pengobatan.