- tvOne - miftakhul erfan
Bercocok Tanam dengan Sistem Hidroponik, Manfaatkan Lahan Kosong Bernilai Ekonomis
Magetan, tvOnenews.com - Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian saat ini memang semakin pesat, sehingga bagi masyarakat khususnya petani yang tidak mengikuti perkembangan zaman dan teknologi dipastikan tidak akan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan pertaniannya.
Anda pastinya sudah mengenal istilah hidroponik. Menanam dengan sistem hidroponik merupakan metode bercocok tanam modern dengan menggunakan media tanam selain tanah, seperti batu apung, kerikil, pasir, sabit kelapa, potongan kayu ataupun busa.
Hal tersebut dilakukan karena fungsi tanah sebagai pendukung akar tanaman dan perantara larutan nutrisi dapat digantikan dengan mengalirkan atau menambah nutrisi air dan oksigen melalui media tersebut.
Seperti sosialisasi bercocok tanam dengan sistem hidroponik yang dikenalkan oleh sejumlah mahasiswa Unesa 34 Magetan dalam kegiatan KKN nya di Desa Belotan, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Senin (19/6) ini misalnya.
Muhammad Agus Miftah (20) Mahasiswa Unesa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester 6 yang juga sebagai ketua kelompok KKN mengaku, dari hasil observasinya bersama team selama melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut, banyak temuan lahan atau pekarangan kosong dan kurang dimanfaatkan oleh pemiliknya.
Sehingga lahirlah program kerja nyata dalam KKN tersebut dengan membagikan ilmu di bangku perkuliahan mereka kepada masyarakat desa tentang bercocok tanam dengan sistem hidroponik.
“Awalnya kami memang melakukan observasi kemudian menemukan sampel, memang penduduk Desa Belotan ini memang memiliki lahan yang luas, akan tetapi untuk memanfaatkan lahan itu tergolong masih kurang,” ungkapnya.
Sehingga dengan program ini, mahasiswa KKN berusaha memberikan sosialisasi atau pengenalan hidroponik sekaligus bagaimana cara membuat sarana menanam dengan sistem hidroponik secara sederhana yakni menggunakan media paralon dan air.
“Alhamdullilah masyarakat tadi antusias sekali ya, terbukti dari undangan yang kami sebar datang semua, dan juga banyak warga yang bertanya bagaimana cara pembuatannya,” imbuh Agus.
Sedangkan metode hidroponik yang diberikan kepada warga Desa Belotan adalah menggunakan sistem Wick, karena metode ini tidak menggunakan pompa air namun dengan cara pengisian air terjadwal, yakni pagi dan sore.
“Meski metode yang kita berikan yang paling sederhana, namun jika dilakukan dengan sekala besar ini bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, juga sangat berdampak positif bagi masyarakat yang pasti bisa mengarah ke perkembangan usaha pertanian ataupun perdagangan,” sambungnya.
Terpisah, Kartinah (48) warga Desa Belotan peserta sosialisasi mengaku bersyukur bisa mendapat ilmu baru. Bahkan banyak ibu-ibu rumah tangga yang ingin membuat dan mempraktikkannya minimal menanam sayur untuk kebutuhan masak sehari-hari.
“Bersukur sekali mas dan mbak mahasiswa ini menandakan sosialisasi hidroponik. Sebenarnya banyak mas yang ingin membuat tapi bingung mulainya dari mana. Ya minimal nanam sayuran buat masak sehari-hari itu aja,” ujar Kartinah sambil mendengarkan sosialisasi.
Namun demikian, kendala dalam program kuliah kerja nyata (KKN) dalam praktiknya menanam sistem hidroponik di lingkungan masyarakat pasti ada kendala, diantaranya faktor lingkungan, pengadaan bibit tanaman, cuaca yang tidak menentu. Sehingga salah satu solusi adalah melakukan tanam hidroponik di dalam rumah atau (ruangan). (men/gol)