- wawan sugiarto
Karakan Kucing, Tradisi Bersih Desa Warga Selok Awar-Awar Sambut Tahun Baru Islam
Lumajang, tvOnenews.com - Menyambut datangnya tahun baru Islam 1 Muharam 1445 atau bulan Suro dalam kalender Jawa, warga Desa Selok Awar-awar Kecamatan Pasirian Lumajang, menggelar kegiatan bersih desa, Kamis (20/7).
Dalam rangkaian kegiatan bersih desa tersebut, dilakukan tradisi 'Karakan Kucing'. Sesuai dengan namanya, dalam tradisi ini, ada seekor kucing berwarna hitam dalam sangkar, diarak keliling kampung dengan dilengkapi nasi tumpeng dan gunungan hasil bumi, serta diiringi dengan musik Al Jiduri dengan lantunan selawat nabi.
Pantauan tim tvOnenews.com di lapangan, kegiatan tradisi ini diberangkatkan dari rumah Kepala Desa Selok Awar-awar yang selanjutnya diarak keliling kampung, sambil terus melantunkan selawat nabi.
Di sepanjang jalan yang dilalui, terlihat warga dengan antusias menyambut kedatangan arak-arakan dan sesekali mengabadikan momen agenda tahunan dengan berswafoto.
Menurut Kepala Desa Selok Awar-Awar Didik Nur Handoko, kegiatan tradisi Karakan Kucing ini, bukan hanya sekedar tradisi, namun memiliki makna dan sejarah yang sangat dalam hingga terbentuknya Desa Selok Awar-Awar.
"Ini semacam napak tilas. Tradisi Karakan Kucing ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Selok Awar-awar, setiap bulan Suro. Selain dalam rangka bersih desa, kegiatan ini juga sebagai upaya melestarikan tradisi leluhur secara turun temurun," kata Didik, Kamis (20/7).
Didik menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan ini selain untuk melestarikan tradisi dan kearifan lokal, juga untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari Tuhan dan roh-roh leluhur mereka. Terdapat pula jolen yang juga turut serta diarak.
Arak-arakan kucing ini juga diiringi dengan al banjari, dengan melewati beberapa tempat yang dipercaya menjadi punden desa salah satunya di Dusun Duren yang kini berganti dengan nama Dusun Krajan Dua.
"Di desa ini, dulu ada yang namanya Dusun Duren. Dusun ini merupakan dusun yang dipercaya menjadi tempat berkumpulnya para leluhur desa. Pemilihan kucing sebagai media arak–arakan dikarenakan dulunya ada luluhur Desa Selok Awar-awar yang bernama Mbah Demun, beliau senang berjalan-jalan dengan mengendarai seekor macan, maka seiring dengan perkembangan zaman dan agar tradisi ini tidak lekang dimakan zaman, maka sosok kucing menjadi simbol dari macan itu sendiri," jelasnya.
Sementara itu, bagi warga Desa Selok Awar-awar, kegiatan ini memang perlu dan wajib dilestarikan. Selain sebagai tradisi, tapi juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan harapan akan kemakmuran dan keselamatan.
"Saya rasa memang perlu dilestarikan, ini sebagai upaya pelestarian tradisi sekaligus ungkapan rasa syukur dan harapan agar hasil panen semakin melimpah, makmur, damai dan dijauhkan dari segala bentuk musibah dan bencana," ujar Abdul Rohman.
Usai diarak berkeliling kampung, selanjutnya arak-arakan ini behenti di halaman balai desa dimana ratusan warga juga sudah menanti untuk mengikuti kegiatan santunan anak yatim dan doa bersama. Sebagai puncak acara bersih desa, kegiatan diakhiri dengan ruwatan dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. (wso/far)