- edi cahyono
Perajin Tempe Sanan Malang Kurangi Stok Produksinya Gegara Sulit Dapatkan Subsidi Elpiji 3 Kilogram
Hal yang sama juga dirasakan Sentot, perajin tempe. Akibat kelangkaan tabung gas LPG 3 kilogram, dirinya berburu tabung LPG 3 kilogram ke luar kampung, namun hasilnya kosong.
"Kalaupun dapat yang bersubsidi, harganya melonjak hingga Rp22 ribu. Dan ada perajin keripik yang tidak berproduksi karena kesulitan mendapatkan LPG," ujar Sentot.
Sentot mengungkapkan, dirinya bersama perajin tempe di Sanan merasakan betapa sulitnya mendapatkan LPG bersubsidi sejak libur Tahun Baru Islam.
Kelangkaan terparah, terjadi sejak dua hari ini. Untungnya, pangkalan LPG memberi jatah pada pelanggan yang perajin tempe. Namun, penjual makanan dan gorengan yang bukan pelanggan pangkalan LPG tidak dilayani. Imbasnya, mereka kebanyakan terpaksa berhenti jualan lantaran tak ada elpiji murah untuk memasak.
"Kebutuhan LPG 3 kilogram untuk menggoreng keripik tempe sebanyak tujuh tabung per hari. Harga Rp18.000 per tabung," ujar Sentot.
Di sentra industri tempe dan keripik tempe Sanan, Malang, ada 530 perajin. Kebutuhan LPG 3 kilogram mencapai 700 tabung per hari. Gas LPG murah diperlukan untuk memasak kedelai dan menggoreng keripik tempe. Proses memasak kedelai bisa selama tujuh jam.
Sedangkan menggoreng keripik sekitar 10 jam dimulai pukul 06.00 WIB memerlukan setidaknya lima tabung elpiji 3 kilogram. Kapasitas produksi keripik di Usaha Dagang Murah Rezeki milik Sri, sekitar 300-400 kilogram per hari.