Warga Desa Wonokerto Lumajang Gelar Tradisi Ojung saat Selamatan Desa.
Sumber :
  • tvOne - wawan sugiarto

Warga Desa Wonokerto Lumajang Gelar Tradisi Ojung saat Selamatan Desa, Ini Makna dan Tujuannya

Senin, 14 Agustus 2023 - 14:10 WIB

Lumajang, tvOnenews.com – Demi menjaga tradisi leluhur setiap bulan Muharam atau Suro dalam kalender Jawa, warga Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Lumajang, menggelar tradisi dan ritual Ojung, yang ditempatkan di sekitar sumber mata air Sumber Winong, desa setempat, Senin (14/8).

Ritual Ojung merupakan salah satu tradisi atau ritual yang dapat ditemui pada masyarakat Pandhalungan. Ojung sendiri tersebar di beberapa desa di Kabupaten Lumajang. Dulunya Ojung dilakukan sebagai ritual meminta hujan. Bergesernya zaman, saat ini Ojung menjadi ritual wajib pada pelaksanaan sedekah desa.

Menurut Kepala Desa Wonokerto, Tupin, tradisi Ojung ini merupakan tradisi warisan nenek moyang, yang terus dilestarikan hingga saat ini. Bukan hanya sekedar ritual, tradisi Ojung ini juga menjadi sarana berkumpulnya warga desa, sehingga tali silaturahmi tetap terjaga.

“Tradisi atau ritual ojung ini memang menjadi kegiatan rutin setiap tahun, pada saat kita gelar selamatan desa. Ini sebagai upaya pelestarian warisan tradisi nenek moyang agar tidak punah dimakan zaman. Disamping itu, kegiatan ini juga jadi sarana mempererat tali silahturahmi warga,” kata Tupin kepada tvOnenews.com, Senin (14/8).

Pantauan tvOnenews.com di lokasi, jumlah peserta dalam kegiaan tradisi Ojung ini terlihat cukup banyak. Selain warga desa setempat, beberpa peserta yang hadir juga berasal dari beberapa tetangga desa.

“Untuk peserta memang cukup banyak. Selain warga desa Wonokerto, memang yang hadir juga banyak yang berasal dari beberapa desa tetangga. Tentunya mereka merupakan anggota komunitas Ojung selama ini, namun juga banyak pendatang barunya,” sambung Tupin.

Tupin berharap, dengan diselenggarakan rangkaian selamatan desa yang salah satunya digelar tradisi Ojung, desa yang dipimpinnya akan semakin makmur, sumber mata air terus mengalir, hasil panen melimpah dan dijauhkan dari segala bentuk musibah dan bencana.

“Harapan kami dan masyarakat kedepannay desa kami semakin makmur dan maju serta jauh dari segala bentuk musibah dan bencana,” pungkasnya.

Tidak hanya para sesepuh saja yang memainkan atraksi ini. Namun para pemuda desa yang siap beradu dengan menggunakan rotan di arena yang telah disiapkan, juga nampak antusias menunggu giliran dipanggil.

Mereka saling menyabetkan ujung rotan ke punggung lawan. Meski harus terluka, mereka terlihat menikmati permainan. Bahkan mereka masih menari – nari mengikuti alunan gamelan, sambil menghibur warga yang menonton pertunjukkan.

Dalam tradisi Ojung ini, selain keberanian juga dibutuhkan kelincahan saat menyabetkan rotan maupun menghindari sabetan lawan. Dalam satu kali pertandingan, masing-masing peserta diberikan jatah 5 kali sabetan sesuai aturan yang telah disepakati. Mereka yang paling banyak menggoreskan luka di punggung lawan, dianggap sebagai pemenang.

“Tidak ada persiapan khusus. Modalnya cuma keberanian dan kelincahan,” ujar Satuman, salah satu peserta.

Satuman juga mengatakan, dia sangat menikmati permainan itu. Dia mengaku bangga ketika bisa memenangkan pertandingan. Banyak luka di tubuh gara-gara sabetan rotan dianggap lumrah.

"Ini biasa, mas. Sakit sih iya, tapi nanti juga sembuh," paparnya.

Dia juga menegaskan, permainan itu tidak ada unsur magisnya. Dia juga memastikan tak ada permainan tenaga dalam atau sejenisnya. Hanya saja dibutuhkan keberanian dan kelincahan.

"Kami fair-fair saja. Gak ada sama sekali unsur magisnya," pungkasnya. (wso/gol)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
14:16
01:26
00:54
01:08
04:33
07:01
Viral