- tvOne - zainal azkhari
Bank Indonesia Terima 2.849 Laporan Aduan Transaksi Keuangan Digital di Masyarakat
Surabaya, tvOnenews.com - Tingkat pemahaman literasi transaksi digital yang masih rendah di masyarakat, berdampak terhadap masalah transaksi keuangan di masarakat. Bank Indonesia mencatat selama semester I/2023 ini terdapat sebanyak 2.849 laporan atau pengaduan masyarakat akan kasus keuangan digital, yang salah satunya disebabkan oleh masih rendahnya prilaku keamanan digital.
Kepala Grup Perlindungan Konsumen DUPK Bank Indonesia, Ricky Satria mengatakan dari jumlah laporan tersebut terdapat sebanyak 2.032 rekening yang dilaporkan dengan total kerugian mencapai Rp38,73 miliar.
“Dari total laporan itu juga, sebanyak 80,1 persen merupakan kasus scamming, sebanyak 15,41 persen kasus web phising, 4,39 persen dari social engineering, dan sebanyak 0,11 persen berasal dari SMS blast fraudster,” jelasnya, Selasa lalu (15/8).
Dia memaparkan, sumber media yang digunakan pelaku kejahatan keuangan digital yakni paling banyak disumbang oleh aplikasi WhatsApp hingga 50,40 persen, disusul Telegram 17,13 persen, serta Instagram, Website, Facebook dan Twitter.
Sedangkan kota dengan jumlah pengaduan tertinggi yakni Jakarta mencapai 16,98 persen, Bekasi 6,53 persen, Tangerang 6,46 persen, Bandung 5,66 persen, Bogor 4,10 persen, dan Surabaya 3,40 persen.
Ricky mengatakan digitalisasi memang sudah sangat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi, mengubah perilaku transaksi masyarakat dan perusahaan, mendisrupsi cara konvensional, termasuk sektor keuangan.
“Digitalisasi juga sudah meluas di berbagai sektor seperti komunikasi, hiburan, belanja ritel, transportasi, edukasi, keuangan, pembayaran, hingga kesehatan,” imbuhnya.
Hal ini, lanjutnya, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kepemilikan smartphone di Indonesia. Padahal pada 2017 tingkat kepemilikan smartphone di Indonesia masih sekitar 44,44 persen, lalu berkembang menjadi 72,07 persen di 2021, dan pada 2022 menjadi 75,61 persen serta tahun ini menjadi 77,61 persen.
“Bahkan sampai 2026 nanti diprediksi jumlah kepemilikan smartphone di Indonesia akan mencapai 82,45 persen dari total penduduk Indonesia, dengan kepemilikan terbanyak oleh penduduk gen Z 27 persen, milenial 25,87 persen, dan gen X 21,88 persen. Sisanya dimiliki oleh post gen Z, baby boomer dan pre-boomer,” paparnya.
Namun sayangnya, tambah Ricky, meningkatnya kepemilikan smartphone ini tidak diimbangi dengan literasi yang tinggi sebab prilaku keamanan digital di Indonesia masih rendah.
“Data kami menunjukkan, tingkat keamanan gadget yang rendah mencapai 67,3 persen, dan tingkat perlindungan data pribadi rendah mencapai 56,6 persen. Bahkan banyak pengguna gadget yang menggunakan password mudah ditebak seperti 123456, admin, welcome, login dan lainnya,” ujarnya.
Tidak hanya itu, pemilik gadget sebanyak 61 persen juga masih mencantumkan nomor HP di akun sosial media, dan sebanyak 57,3 persen masih mencantumkan tanggal lahir.
"Ini tugas kita bersama bagaimana kita bisa meyakinkan masyarakat untuk mulai bisa memahami transaksi digital," pungkasnya. (zaz/gol)