- tvOne - m habib
Tolak Berdamai, Keluarga Siswa SMK di Gresik Korban Pengeroyokan Minta Pelaku Ditangkap dan Dihukum Setimpal
Gresik, tvOnenews.com - Kasus dugaan perundungan yang menimpa BAP (16) siswa sebuah SMK di Wilayah Driyorejo Gresik terus bergulir. Kali ini pihak keluarga menyatakan menolak untuk berdamai dan meminta keadilan agar para pelaku pengeroyokan segera ditangkap dan dijatuhi hukuman yang setimpal.
Aris Pujianto (45) ayah korban kepada tvOnenews.com mengatakan, jika keluarganya menolak untuk berdamai meskipun sejumlah keluarga terduga pelaku telah mendatangi rumahnya dan meminta maaf. Menurut Arif, yang dilakukan para pelaku kepada anaknya adalah murni tindak pidana, lantaran anaknya dianiaya beramai ramai hingga mengalami luka.
"Sebagai sesama orang tua kami memaafkan mas. Tapi terkait kasus hukumnya terhadap para pelaku, saya serahkan kepada pihak berwajib untuk ditangani sesuai hukum yang berlaku," tutur Aris, pada tvOnenews.com, Kamis (5/10).
Aris juga menegaskan jika berdasarkan pengakuan korban BAP dan temannya, pelaku pengeroyokan berjumlah lebih dari tiga orang. Dan ada yang sudah tidak sekolah. Bahkan kepala korban sempat dibenturkan ke paving jalan di lokasi kejadian penganiayaan.
"Kalau pengakuan anak saya pelakunya lebih dari tiga orang mas. Anak saya sudah meminta maaf tapi tetap saja dihajar. Bahkan mulut anak saya ditampar dengan sandal," jelasnya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, pascakejadian dugaan perundungan terhadap BAP (16) siswa sebuah SMK di Wilayah Driyorejo Gresik, hingga kini korban belum berani untuk masuk ke sekolah lagi. BAP yang mengalami pengeroyokan itu mengaku masih trauma dan ketakutan karena teringat ancaman pelaku.
Hal tersebut disampaikan oleh Ayah korban, Aris Pujianto (45) warga Surabaya, yang domisili di Desa/Kecamatan Menganti, Gresik. Anaknya yang masih berusia 16 tahun itu, saat kini trauma tidak mau bersekolah, bahkan minta pindah domisili ke Surabaya.
"Anak saya masih ingat pesan pelaku yang mengancam dengan kata-kata, "Mene koen tak entek o mane" (besok kamu tak habisi lagi),” ungkapnya, Selasa (3/10).
Menurut Aris, keluarganya sempat meminta tanggungjawab ke sekolah, pada Rabu pagi (8/9) lalu. Sebelum akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gresik. Saat itu, pihak sekolah malah seakan-akan menyalahkan korban.
“Pihak sekolah tidak mengakui anak saya dipukul. Hingga akhirnya saya lapor ke Polres Gresik,” tegasnya.
Peristiwa pilu tersebut, bermula pada hari Sabtu (2/9/2023) silam, saat jam sekolah korban BAP sedang bercanda dengan teman sekelasnya. Lalu, korban usia 16 tahun itu, iseng menyembunyikan sepatu milik K, siswi perempuan satu kelas dengan korban.
Setelah jam pulang sekolah, sepatu pun akhirnya dikembalikan oleh korban. Dari sanalah, pemicu kekerasan datang. Karena merasa tidak terima, K melaporkan kejadian tersebut kepada kekasihnya. Karena memang K sering antar jemput oleh kekasihnya. Hingga korban pun dilakukan pengeroyokan oleh teman sekelasnya, serta pacar dari K. (mhb/gol)