- tvOne - sandi irwanto
1 Abad Berdirinya Depo Sidotopo, Komunitas Begandring Soerabaia Menelisik Jejak Depo Terbesar di Asia
Ketua Perkumpulan Begandring Soerabaia Nanang Purwono menyebutkan, terkait sejarah Depo Lokomotif Sidotopo pada masa Hindia Belanda. Sebagai salah salah satu kota pelabuhan dan industri yang besar, tentunya tidak sulit memilih Surabaya sebagai titik nol pembangunan jalur Kereta Api di Jawa Timur.
“Tetapi setelah melihat kesulitan yang dihadapi pada saat pembangunan jalur kereta yang dilakukan perusahaan swasta Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) antara Semarang – Tanggung – Vorstenlanden (Surakarta & Yogyakarta), tak ada lagi pihak swasta yang tertarik membangun jalur kereta di Hindia-Belanda,” paparnya.
“Maka kemudian diputuskan negara (dalam hal ini Pemerintah Hindia - Belanda) yang akan membangun sendiri jalur kereta dengan membentuk Staatsspoorwegen pada 6 April 1875. Proyek pembangunan dibuat dengan menghubungkan wilayah Surabaya – Pasuruan – Malang,” lanjutnya.
Singkatnya, kata Nanang, jalur ini kemudian dibuka pertama kali tgl 16 Mei 1878, lintas Surabaya – Pasuruan dan selesai dibangun keseluruhan pada tahun 1879 bertepatan dengan dibukanya seksi terakhir antara Lawang – Malang tanggal 20 Juli 1879. Pada masa – masa awal, aktivitas perbengkelan dan depo lokomotif dipusatkan kesemuanya di area stasiun Surabaya Kota atau akrab juga dikenal dengan Stasiun Semut.
“Seiring berjalannya waktu dengan makin meluasnya jaringan rel kereta setelah memasuki dekade 1900 dibarengi jumlah dan ukuran lokomotif yang makin banyak dan besar, yang dimiliki oleh Staatsspoorwegen, maka kebutuhan akan fasilitas sarana berupa depo dibutuhkan lebih besar pula. Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak itu pun, perusahaan berupaya untuk membuat depo baru yang lebih besar dan modern dibandingkan depo lama yang sudah usang di stasiun Surabaya Kota,” terangnya.
“Selain itum juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap bengkel pusat di Madiun yang lokasinya sebenarnya kurang strategis. Tahun 1918, ditentukan bahwa Depo Induk Lokomotif Baru beserta emplasemen besar akan dibangun di Sidotopo, guna menampung kesibukan lalu lintas kereta api selama pengangkutan gula berlangsung,” ujarnya.
Nanang menambahkan, daerah Sidotopo yang kala itu masih berupa sawah, rawa-rawa, dan kampung disulap dalam waktu 3 tahun. Emplasemen barang diselesaikan terlebih lebih dulu tahun 1921 dengan luas lebih dari 80 hektar dan diklaim Staatsspoorwegen sebagai emplasemen terluas dan terbesar yang pernah dimiliki. Bahkan, terbesar se-Asia menurut "Deli Courant" yang terbit pada tanggal 9 Mei 1921. Di koran tersebut juga menerangkan bahwa emplasemen ini mulai dipakai sejak tanggal 30 April yang mempunyai panjang 3 km serta lebar 300 m dan diakhiri bahwa pembangunan Depo Lokomotif masih berlangsung.