- happy oktavia
Pegunungan Ijen Banyuwangi Terbakar Lagi, Jalur Pendakian Dibuka Tutup
Banyuwangi, tvOnenews.com – Kawasan pegunungan Ijen, Banyuwangi terbakar lagi. Api bahkan mendekati jalur pendakian ke Kawah Ijen. Akibatnya, jalur pendakian dilakukan buka tutup sementara. Tujuannya, mengamankan jalur pendakian untuk digunakan pemadaman api.
Penyebab kebakaran masih diselidiki. Api diketahui mulai berkobar pada Rabu (18/10). Amukan si jago merah membakar kawasan Cagar Alam Kawah Ijen dan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen. Bahkan, masuk lembah Gunung Widodaren yang berdekatan dengan jalur pendakian menuju kawah.
“Awalnya ditemukan tiga titik api. Salah satunya mengarah ke kawasan Paltuding, pintu masuk pendakian,” kata Kepala TWA Ijen, Sigit Haribowo, Jumat (20/10) siang.
Hingga Jumat siang, petugas masih terus berjibaku memadamkan api yang mendekati jalur pendakian. Karena berbahaya, pihaknya memberlakukan sistem buka tutup jalur pendakian.
“Kalau jalur pendakian tetap buka. Tapi, kami batasi hingga pukul 09.00 WIB,” kata Sigit.
Selama penutupan jalur pendakian, petugas dan relawan pemadam melakukan pemadaman di titik yang menggunakan jalur pendakian. Sehingga, petugas tidak terganggu oleh aktivitas pendakian. Saat ini, pihaknya masih terus siaga melakukan pemadaman dan memantau pergerakan api.
Kebakaran ini yang kedua kalinya melanda pegunungan Ijen. Sebelumnya, Ijen juga terbakar hebat Senin (9/10) lalu. Kebakaran melalap puluhan hektare lahan hutan lindung.
Kawasan yang terbakar ini terdiri dari tanaman alang-alang dan pakis yang mengering. Sehingga, dengan mudah tersulut api. Kebakaran di kawasan pegunungan Ijen ini menjadi fenomena rutin di musim kemarau. Sebelumnya, kebakaran melanda kawasan Merapi Ungup-ungup yang berdekatan dengan puncak Ijen.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi mengingatkan bahaya kebakaran akibat naiknya suhu udara. Cuaca ekstrem ini dipicu posisi semu matahari ke arah selatan ekuator. Imbasnya, penyinaran matahari relatif lebih intens. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya tingkat kelembaban udara. Lalu, minimnya tingkat pertumbuhan awan di siang hari. Sehingga, berpotensi memicu naiknya suhu panas. (hoa/far)