- miftakhul erfan
Akui Puluhan Siswanya Lakukan Self Harm, Pihak Sekolah: Sebagian Ada Masalah, Lainnya Ikut-ikutan Saja
Magetan, tvOnenews.com - Aksi self harm yang dilakukan oleh puluhan siswa yang mayoritas adalah remaja putri di SMPN 1 Ngariboyo beberapa waktu lalu, kini ramai menjadi perbincangan publik tak terkecuali di dunia maya.
Juari, Humas dan Kesiswaan SMP Negeri 1 Ngariboyo mengakui, bahwa 76 siswa yang kedapatan melakukan aksi self harm adalah benar siswanya. Baru diketahui saat dilakukan screening kesehatan terdapat bekas luka sayatan di tangan.
Juari sebagai perwakilan sekolah mengatakan, para guru di sekolah adalah orang tua kedua bagi para siswanya. Sehingga pihak sekolah akan bertanggung jawab dan berjanji akan lebih baik lagi dalam mendidik siswanya, dengan pendekatan emosional, kekeluargaan sehingga permasalahan serupa tidak akan terulang.
“Yang jelas kami sebagai orang tua kedua di sekolah, kejadian ini menjadi pembelajaran lebih dalam pembinaan anak, ini juga gejala awal untuk kita maupun sekolah lain untuk berbenah diri sehingga bisa lebih berhati-hati menangani anak,” terangnya, Sabtu (21/10).
Kejadian tersebut terungkap setelah adanya screening kesehatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat. Setelah dilakukan pendekatan dan konseling kepada para pelaku self harm itu, ada banyak faktor yang melatarbelakangi.
Sebagian anak mengaku melakukan aksi melukai dirinya sendiri dengan menyayat tangannya dengan benda tajam sebagai ungkapan emosi karena memiliki permasalahan entah di keluarga, atau dengan pacarnya. Namun sebagian besar anak mengaku hanya ikut-ikutan sebagai tanda suatu kelompok.
Namun demikian, Juari mengaku pemicu utama dari aksi self harm ini adalah terpengaruh dengan apa yang mereka tonton di media sosial, tik tok dan sebagainya. Mereka penasaran dan ingin mencobanya.
“Faktor yang melatar belakangi adalah pertama, anak-anak itu ngefans, melihat di tik tok yang jelas seperti itu, kemudian yang kedua mereka itu hanya ikut-ikutan dengan teman-teman biar dikenal temannya atau gimana yang jelas hanya ikut-ikutan saja,” imbuhnya.
Jadi anak-anak itu melukai tangannya sendiri dengan jarum pentul, penggaris, dia gores-goreskan di tangannya sehingga nantinya luka itu akan membekas seperti tato.
“Saat ini mereka yang melakukan self harm sudah sembuh karena memang tidak sampai terluka, sudah beraktivitas seperti biasa di sekolah, tinggal pembinaannya saja,” pungkas Juari.
Saat ini, puluhan siswa yang terindikasi melakukan self harm sudah mendapat pembinaan dari sekolah, juga Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan dan telah fokus dalam belajar.
Pihak sekolah berharap sudah tidak ada lagi pemberitaan terkait aksi mereka sehingga psikologi anak-anak tersebut kembali pulih. (men/far)